Tidak ada hamba yang beriman, dan, dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abdul Warith, tidak ada yang percaya, sampai aku lebih disayanginya daripada anggota keluarganya, kekayaannya dan seluruh umat manusia.
Kitab Iman - Sahih Muslim 44a
Komentar ini mengkaji hadis mendalam dari Sahih Muslim mengenai cinta sepenuhnya kepada Nabi Muhammad (ﷺ) sebagai syarat iman yang sempurna.
Analisis Teks
Riwayat menetapkan bahwa iman seorang hamba tidak lengkap hingga Rasulullah menjadi lebih dicintai oleh mereka daripada keluarga, kekayaan, dan seluruh umat manusia mereka sendiri.
Varian yang diriwayatkan oleh Abdul Warith menekankan "tidak ada orang" daripada "tidak ada hamba," memperluas penerapan universal dari persyaratan spiritual ini.
Interpretasi Ilmiah
Imam al-Nawawi menjelaskan ini menunjukkan kesempurnaan iman, mengharuskan cinta kepada Nabi melampaui semua keterikatan duniawi. Cinta ini terwujud melalui ketaatan kepada Sunnahnya, preferensi untuk bimbingannya atas keinginan pribadi, dan peneladanan karakternya.
Ibn Rajab al-Hanbali menjelaskan bahwa ini tidak meniadakan cinta keluarga alami, tetapi mengharuskan cinta kepada Nabi menjadi yang tertinggi dalam urusan agama dan kesetiaan tertinggi.
Manifestasi Praktis
Cinta ini ditunjukkan melalui: Mengikuti Sunnahnya dengan teliti, membela kehormatannya, mempelajari biografinya, mengirimkan berkah kepadanya secara sering, dan memprioritaskan ajarannya di atas praktik budaya atau pendapat pribadi.
Orang beriman sejati secara alami cenderung kepada apa yang dicintai Nabi dan menghindari apa yang dilarangnya, menjadikan keridhaannya sebagai tujuan utama dalam semua urusan.
Signifikansi Spiritual
Hierarki cinta ini menetapkan orientasi hati yang tepat - di mana cinta kepada Allah dan Rasul-Nya membentuk fondasi, dan semua cinta lainnya tunduk pada pengabdian utama ini.
Cinta seperti itu mengubah keterikatan duniawi menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah, karena orang beriman memanfaatkan keluarga, kekayaan, dan hubungan dengan cara yang menyenangkan Nabi dan dengan demikian kepada Allah.