حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى، أَنْبَأَنَا ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ أَخْبَرَنِي يُونُسُ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏"‏ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ ‏"‏ ‏.‏
Terjemahan
Dilaporkan tentang kewibawaan Abu Huraira yang dipatuhi oleh Rasulullah (صلى الله عليه وسلم)

Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir hendaknya mengucapkan kata-kata yang baik atau lebih baik diam; dan barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir hendaklah memperlakukan sesamanya dengan baik dan orang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir hendaknya bersikap ramah kepada tamunya.

Comment

Kitab Iman - Sahih Muslim 47a

Hadis mulia ini dari Sahih Muslim mengandung tiga ajaran penting yang membedakan mukmin sejati, menggabungkan keyakinan yang benar dengan tindakan saleh.

Penjagaan Ucapan

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia mengucapkan kata-kata yang baik atau lebih baik diam" - Ini menetapkan bahwa iman mengharuskan pengendalian lidah. Ucapan yang baik mencakup zikir kepada Allah, ilmu yang bermanfaat, kata-kata yang baik, dan kejujuran. Diam lebih disukai ketika ucapan tidak mengandung manfaat atau dapat menyebabkan bahaya, karena mukmin bertanggung jawab atas setiap kata pada Hari Kiamat.

Hak-Hak Tetangga

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memperlakukan tetangganya dengan kebaikan" - Nabi menekankan hak-hak tetangga begitu sering sehingga para sahabat mengira mereka mungkin saling mewarisi. Kebaikan mencakup tidak menyakiti mereka, berbagi makanan, menawarkan bantuan, mengunjungi saat sakit, dan memaafkan kesalahan. Ini berlaku untuk Muslim dan non-Muslim.

Keramahan kepada Tamu

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia menunjukkan keramahan kepada tamunya" - Keramahan adalah tradisi Islam yang mulia yang menghormati tamu selama tiga hari. Mukmin menjamu dengan gembira, menyediakan yang terbaik yang tersedia tanpa berlebihan. Ini menunjukkan kemurahan hati, memperkuat ikatan sosial, dan mengikuti contoh Nabi Ibrahim, kekasih Allah.

Komentar Ulama

Imam Nawawi menjelaskan bahwa ketiga hal ini disebutkan bersama karena sering diabaikan meskipun pentingnya. Iman sejati terwujud dalam mengendalikan ucapan, menghormati tetangga, dan menyambut tamu - semua mencerminkan kesadaran akan Allah dan Akhirat.

Ibn Rajab al-Hanbali mencatat bahwa ajaran-ajaran ini menghubungkan keyakinan batin dengan perilaku lahir, menunjukkan bahwa Islam mengatur semua aspek kehidupan. Pengulangan "barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir" menekankan bahwa tindakan ini adalah konsekuensi yang diperlukan dari iman yang sejati.