حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ، ح وَحَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا الأَعْمَشُ، ح وَحَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ الأَعْمَشِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُرَّةَ، عَنْ مَسْرُوقٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَلَّةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَلَّةٌ مِنْ نِفَاقٍ حَتَّى يَدَعَهَا إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ ‏"‏ ‏.‏ غَيْرَ أَنَّ فِي حَدِيثِ سُفْيَانَ ‏"‏ وَإِنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ ‏"‏ ‏.‏
Terjemahan
'Uqba b. Mukarram al-'Ami melaporkan bahwa dia mendengar 'Ala' b. 'Abdur-Rahman meriwayatkan hadits ini dengan rantai pemancar ini dan dia berkata

Tiga adalah tanda-tanda seorang munafik, bahkan jika dia berpuasa dan berdoa dan menegaskan bahwa dia adalah seorang Muslim.

Comment

Kitab Iman - Sahih Muslim 59 c

Komentar ini mengkaji hadis mendalam tentang tanda-tanda kemunafikan (nifāq) seperti yang diriwayatkan dalam Sahih Muslim.

Tiga Tanda Kemunafikan

Ketika dia berbicara, dia berbohong; ketika dia membuat janji, dia mengingkarinya; dan ketika dia dipercayakan, dia mengkhianati kepercayaan itu.

Ketiga karakteristik ini mewakili inti dari kemunafikan praktis yang terwujud dalam interaksi seseorang dengan orang lain.

Komentar Ilmiah

Para ulama menjelaskan bahwa ini merujuk pada kemunafikan kecil (nifāq al-'amalī) daripada kemunafikan besar (nifāq al-i'tiqādī) yang mengeluarkan seseorang dari lingkaran Islam.

Ibn Hajar al-'Asqalānī menyatakan bahwa tindakan-tindakan ini menyerupai perilaku munafik, dan terus-menerus melakukannya dapat menyebabkan memperoleh karakteristik mereka.

Al-Nawawī menekankan bahwa memiliki sifat-sifat ini membuat seseorang menyerupai munafik, bahkan sambil mempertahankan praktik Islam secara lahiriah.

Implikasi Spiritual

Hadis ini berfungsi sebagai peringatan keras terhadap karakteristik merusak ini yang merusak masyarakat dan merusak integritas spiritual.

Ulama Muslim menekankan bahwa iman sejati memerlukan kejujuran dalam berbicara, kesetiaan dalam janji, dan dapat dipercaya dalam tanggung jawab.

Pelestarian ketiga kualitas ini sangat penting untuk mempertahankan keaslian praktik Islam dan keadaan spiritual seseorang.