Kami berada di perusahaan Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) yang dia amati: Tidakkah haruskah aku memberitahukan kepadamu tentang dosa-dosa yang paling berat? (Nabi) mengulanginya tiga kali, dan kemudian berkata: Mengasosiasikan siapa pun dengan Allah, ketidaktaatan kepada orang tua, kesaksian palsu atau perkataan palsu. Nabi sedang berbaring, lalu dia duduk, dan dia mengulanginya berkali-kali sehingga kami berharap dia diam.
Kitab Iman - Sahih Muslim 87
Narasi ini dari Sahih Muslim berisi peringatan mendalam tentang dosa-dosa besar yang mengancam iman dan kedudukan spiritual seseorang.
Komentar Ilmiah tentang Dosa-Dosa Besar
Pengulangan Nabi dan gerakan fisik dari berbaring ke duduk menunjukkan beratnya dosa-dosa ini. Para ulama mencatat bahwa ini menekankan keseriusannya dan kebutuhan umat Islam untuk benar-benar memperhatikan.
Syirik (menyekutukan Allah) disebutkan pertama karena itu adalah satu-satunya dosa yang tidak terampuni jika seseorang mati dalam keadaan itu. Itu bertentangan dengan fondasi Tauhid (monoteisme).
Ketidaktaatan kepada orang tua mengikutinya karena itu mewakili ketidaksyukuran kepada mereka melalui siapa Allah memberikan kita keberadaan, mencerminkan ketidaksyukuran kepada Sang Pencipta.
Kesaksian palsu dan ucapan palsu menghancurkan kepercayaan sosial, memutarbalikkan keadilan, dan merusak masyarakat. Para ulama memasukkan semua bentuk kebohongan dalam kategori ini ketika dilakukan dengan konsekuensi serius.
Implikasi Spiritual
Komentator klasik menjelaskan bahwa dosa-dosa ini "besar" karena melanggar hak-hak fundamental: hak Allah, hak orang tua, dan hak sesama manusia.
Keinginan para Sahabat agar Nabi berhenti mengulangi menunjukkan betapa dalam peringatannya memengaruhi mereka, mengajarkan kita bahwa orang beriman sejati harus merasakan kesedihan serupa ketika mendengar tentang dosa-dosa berat.