حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ، حَدَّثَنَا أَبِي وَوَكِيعٌ، عَنِ الأَعْمَشِ، عَنْ شَقِيقٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ وَكِيعٌ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَقَالَ ابْنُ نُمَيْرٍ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ ‏"‏ مَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ ‏"‏ ‏.‏ وَقُلْتُ أَنَا وَمَنْ مَاتَ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ ‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan tentang otoritas Jabir b. Abdullah

Aku mendengar Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) bersabda: Barangsiapa bertemu Allah tanpa berhubungan apapun dengan Allah masuk surga dan barangsiapa bertemu dengan-Nya yang bergaul (apapun) dengan-Nya masuk ke dalam Api.

Comment

Kitab Iman - Sahih Muslim 93 b

Saya mendengar Rasulullah (ﷺ) bersabda: Barangsiapa bertemu Allah tanpa menyekutukan sesuatu dengan Allah, ia masuk Surga, dan barangsiapa bertemu-Nya dengan menyekutukan (sesuatu) dengan-Nya, ia masuk Neraka.

Komentar tentang Hadis

Riwayat yang mendalam ini menetapkan prinsip dasar monoteisme Islam - bahwa keselamatan di Akhirat bergantung semata-mata pada menjaga kemurnian Tauhid (kesatuan ilahi) dan menghindari Syirik (menyekutukan mitra dengan Allah).

Frasa "bertemu Allah" merujuk pada saat kematian ketika jiwa kembali kepada Penciptanya. Hadis ini secara kategoris menyatakan bahwa siapa pun yang mati dalam keadaan Tauhid murni, telah menyembah Allah saja tanpa mitra apa pun, dijamin masuk Surga terlepas dari dosa-dosa lain. Sebaliknya, siapa pun yang mati dalam keadaan Syirik, mengaitkan mitra kepada Allah dalam ibadah atau sifat-sifat ilahi, dikutuk ke Neraka.

Ini menunjukkan betapa beratnya Syirik sebagai satu-satunya dosa yang tidak terampuni jika seseorang mati dalam keadaan itu, sementara semua dosa lain dapat diampuni melalui rahmat Allah. Para ulama menjelaskan bahwa ini menekankan keutamaan keyakinan yang benar atas sekadar perbuatan, karena perbuatan tanpa Tauhid yang benar tidak sah.

Wawasan Ilmiah

Ibn Rajab al-Hanbali berkomentar: "Hadis ini mengandung kabar gembira terbesar bagi para penganut Tauhid dan peringatan paling keras bagi para penganut Syirik. Ini menunjukkan bahwa Tauhid adalah fondasi di mana semua perbuatan dibangun."

Al-Nawawi menyatakan dalam Sharh Sahih Muslim-nya: "Hadis ini secara eksplisit menyatakan bahwa penganut monoteisme pada akhirnya akan masuk Surga, bahkan jika ia dihukum karena dosa-dosanya terlebih dahulu, sementara penganut politeisme akan tinggal abadi di Neraka."

Para ulama menjelaskan bahwa ini berlaku untuk Syirik besar (ash-Shirk al-Akbar) yang mengeluarkan seseorang dari agama Islam, bukan Syirik kecil (ash-Shirk al-Asghar) yang tidak termasuk murtad tetapi mengurangi kesempurnaan Tauhid.