Tuhan Yang Agung dan Yang Mulia berkata (kepada malaikat): Setiap kali budak-budak-Ku berniat untuk menganggapnya sebagai kejahatan, janganlah kamu mencatatnya terhadapnya, tetapi jika dia benar-benar melakukannya, maka tulislah itu sebagai satu kejahatan. Dan ketika dia berniat untuk berbuat baik tetapi tidak melakukannya, maka menurunkannya adalah salah satu tindakan kebaikan, tetapi jika dia melakukannya, maka tuliskan sepuluh perbuatan baik (dalam catatannya).
Kitab Iman - Sahih Muslim 128a
Tradisi ilahi (hadis qudsi) ini dari Sahih Muslim mengungkapkan rahmat dan kemurahan Allah yang mendalam dalam mencatat perbuatan manusia. Yang Mahakuasa berbicara kepada malaikat pencatat mengenai niat dan tindakan hamba-hamba-Nya.
Rahmat Ilahi dalam Mencatat Kejahatan
Ketika seorang hamba hanya berniat jahat, Allah memerintahkan malaikat untuk tidak mencatatnya. Ini menunjukkan Allah menutupi kesalahan hamba-hamba-Nya dan kesabaran-Nya terhadap kelemahan manusia.
Hanya ketika niat jahat benar-benar dilakukan, itu dicatat sebagai satu dosa. Ini mencerminkan keadilan ilahi yang disertai dengan rahmat.
Kemurahan Ilahi dalam Mencatat Kebaikan
Ketika seorang hamba berniat baik tetapi tidak dapat melakukannya, Allah memerintahkan untuk dicatat sebagai amal baik yang lengkap. Ini menunjukkan penghargaan Allah terhadap niat murni.
Ketika amal baik benar-benar dilakukan, Allah melipatgandakan pahalanya sepuluh kali lipat. Ini mencontohkan kemurahan ilahi di luar ukuran manusia.
Komentar Ilmiah
Tradisi ini mengajarkan bahwa rahmat Allah mendahului murka-Nya. Perbedaan antara mencatat kejahatan (hanya ketika dilakukan) dan kebaikan (bahkan ketika diniatkan) mengungkapkan keinginan Allah untuk mengampuni daripada menghukum.
Para ulama mencatat bahwa ini mendorong orang beriman untuk mempertahankan niat murni dan berusaha melakukan amal baik, mengetahui bahwa Allah menghargai niat dan tindakan dengan kemurahan yang tak tertandingi.