حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ، وَإِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، - وَاللَّفْظُ لأَبِي بَكْرٍ قَالَ إِسْحَاقُ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، وَقَالَ الآخَرَانِ، حَدَّثَنَا - ابْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ أَبِي الزِّنَادِ، عَنِ الأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِذَا هَمَّ عَبْدِي بِسَيِّئَةٍ فَلاَ تَكْتُبُوهَا عَلَيْهِ فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوهَا سَيِّئَةً وَإِذَا هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا فَاكْتُبُوهَا حَسَنَةً فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوهَا عَشْرًا ‏"‏ ‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan tentang kewibawaan Abu Huraira yang dirasakan oleh Rasulullah (صلى الله عليه وسلم)

Dia yang berniat untuk berbuat baik, tetapi tidak melakukannya, satu kebaikan dicatat untuknya, dan dia yang berniat untuk berbuat baik dan juga melakukannya, sepuluh hingga tujuh ratus perbuatan baik dicatat untuknya. Dan dia yang berniat jahat, tetapi tidak melakukannya, tidak ada entri yang dibuat terhadap namanya, tetapi jika dia melakukannya, itu dicatat.

Comment

Kitab Iman - Sahih Muslim 130

Komentar ini mengkaji kebijaksanaan mendalam di balik pencatatan ilahi atas niat dan perbuatan, dengan merujuk pada ilmu keislaman klasik.

Keunggulan Niat Murni

Hadis mulia menetapkan bahwa sekadar niat untuk berbuat baik, bahkan tanpa pelaksanaan, berhak mendapat satu pahala. Para ulama menjelaskan hal ini menunjukkan rahmat Allah yang tak terbatas, memberi imbalan atas kecenderungan hati yang tulus menuju kebenaran.

Imam Nawawi berkomentar bahwa satu pahala yang dicatat untuk niat murni ini berfungsi sebagai dorongan bagi orang beriman dan mengakui nilai spiritual dari hati yang condong kepada ketaatan.

Pahala Berlipat untuk Kebaikan yang Diwujudkan

Ketika niat berujung pada perbuatan, pahalanya berlipat dari sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat. Para ulama klasik menjelaskan variasi ini bergantung pada ketulusan, keadaan, dan manfaat perbuatan bagi orang lain.

Ibn Rajab al-Hanbali menjelaskan bahwa penggandaan ini mencerminkan kemurahan ilahi, di mana satu tindakan sedekah atau sholat dapat menghasilkan pahala yang melebihi upaya awal berkali-kali lipat.

Rahmat dalam Niat Jahat yang Tidak Dilakukan

Para ulama menekankan rahmat yang luar biasa dalam Allah tidak mencatat niat jahat yang ditinggalkan. Hal ini mendorong pertobatan dan menunjukkan bahwa sekadar pikiran jahat, ketika dilawan, tidak menimbulkan dosa.

Al-Qurtubi mencatat bahwa prinsip ini melindungi orang beriman dari keputusasaan, karena berjuang melawan kecenderungan jahat tanpa bertindak atasnya adalah sendiri suatu bentuk kemenangan spiritual.

Kebijaksanaan di Balik Pencatatan Perbuatan Jahat

Ketika niat jahat berubah menjadi perbuatan, satu dosa dicatat. Para ulama menjelaskan keadilan ini menjaga keseimbangan kosmis sementara pencatatan terbatas atas kejahatan dibandingkan dengan pencatatan berlipat atas kebaikan mencerminkan belas kasih ilahi.

Ibn al-Qayyim mengamati bahwa sistem ini memotivasi menuju kebaikan sambil memberikan pencegah terhadap kejahatan, dengan sempurna menyeimbangkan rahmat dan keadilan dalam pertanggungjawaban ilahi.