حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ الْهَمْدَانِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ، - يَعْنِي سُلَيْمَانَ بْنَ حَيَّانَ الأَحْمَرَ - عَنْ أَبِي مَالِكٍ الأَشْجَعِيِّ، عَنْ سَعْدِ بْنِ عُبَيْدَةَ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏"‏ بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسَةٍ عَلَى أَنْ يُوَحَّدَ اللَّهُ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَصِيَامِ رَمَضَانَ وَالْحَجِّ ‏"‏ ‏.‏ فَقَالَ رَجُلٌ الْحَجِّ وَصِيَامِ رَمَضَانَ قَالَ لاَ ‏.‏ صِيَامِ رَمَضَانَ وَالْحَجِّ ‏.‏ هَكَذَا سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan tentang kewibawaan ('Abdullah) bin Umar, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda

(Suprastruktur) al-Islam ditinggikan di atas lima (pilar), yaitu. Allah (sendiri) harus disembah, dan (semua tuhan lain) di samping-Nya harus ditolak (dengan tegas). Penetapan shalat, pembayaran Zakat, Ziarah ke Rumah, dan puasa Ramadhan (adalah tindakan wajib lainnya selain keyakinan kepada keesaan Allah dan penyangkalan semua dewa lainnya).

Comment

Lima Rukun Islam

Hadis dasar ini dari Sahih Muslim 16 b menguraikan rukun-rukun penting yang menjadi fondasi seluruh struktur Islam, berfungsi sebagai kerangka fundamental bagi kehidupan spiritual dan praktis seorang Muslim.

Rukun Pertama: Syahadat

Pernyataan "La ilaha illa Allah" (Tidak ada tuhan selain Allah) membentuk dasar monoteisme Islam. Kesaksian ini memerlukan penegasan mutlak tentang keesaan Allah dalam Kekuasaan-Nya, penyembahan, dan sifat-sifat-Nya, sambil secara bersamaan menolak semua dewa palsu dan perantara.

Para ulama menekankan bahwa penegasan verbal saja tidak cukup; kesaksian ini harus disertai dengan keyakinan tulus di hati dan diwujudkan melalui tindakan saleh yang selaras dengan perintah ilahi.

Rukun Kedua: Pendirian Shalat

Lima shalat harian (Salah) mewakili perwujudan praktis dari penyembahan dan penghambaan kepada Allah. Mereka berfungsi sebagai pengingat terus-menerus tentang hubungan Pencipta-makhluk dan memberikan pemurnian spiritual sepanjang hari.

Komentator klasik mencatat bahwa shalat memelihara iman, mencegah kemaksiatan, dan mempertahankan koneksi konstan dengan Yang Ilahi, menjadikannya tiang agama setelah syahadat.

Rukun Ketiga: Pembayaran Zakat

Zakat mewakili dimensi ekonomi dari penyembahan, memurnikan kekayaan dan memupuk solidaritas sosial. Ini menunjukkan bahwa semua rezeki pada akhirnya milik Allah dan harus didistribusikan sesuai dengan petunjuk-Nya.

Para ulama menjelaskan bahwa Zakat memurnikan pemberi dari keserakahan dan penerima dari iri hati, sehingga memperkuat ikatan komunitas dan memastikan keadilan ekonomi dalam masyarakat Muslim.

Rukun Keempat: Ibadah Haji ke Baitullah

Ibadah haji ke Mekah melambangkan persatuan umat Islam dan memperingati warisan Nabi Ibrahim (Abraham). Ini mewakili perjalanan fisik dan spiritual tertinggi menuju Allah.

Komentar tradisional menyoroti bagaimana Haji mewujudkan penyerahan total, kesetaraan di hadapan Allah, dan pembaruan perjanjian, dengan jamaah haji kembali terlahir kembali secara spiritual seperti bayi baru lahir, bebas dari dosa sebelumnya.

Rukun Kelima: Puasa Ramadan

Puasa wajib selama Ramadan menumbuhkan kesadaran akan Tuhan (taqwa) melalui pantangan dari keinginan fisik. Ini melatih jiwa dalam pengendalian diri dan empati terhadap yang kurang beruntung.

Para ulama klasik mencatat bahwa puasa adalah bentuk ibadah unik yang hanya diketahui oleh Allah, karena melibatkan tindakan pengabdian tersembunyi yang menunjukkan iman tulus di luar pengamatan eksternal.

Sifat Saling Terhubung dari Rukun-Rukun

Lima rukun ini bukanlah tindakan terisolasi tetapi membentuk sistem terpadu di mana iman memberikan fondasi, shalat mempertahankan koneksi spiritual, Zakat memastikan keadilan sosial, puasa menumbuhkan disiplin diri, dan Haji memperkuat persaudaraan universal.

Sifat komprehensif dari kewajiban-kewajiban ini menunjukkan keseimbangan Islam antara spiritualitas individu dan tanggung jawab komunitas, antara keyakinan internal dan praktik eksternal.