Dia (Nabi Suci) datang ke Khadijah dan hatinya bergetar. Sisa hadis telah diriwayatkan seperti yang disampaikan oleh Yunus dan Ma'mar, tetapi bagian pertama tidak disebutkan, yaitu hal pertama yang memulai wahyu kepada Nabi adalah penglihatan yang benar. Dan kata-kata seperti yang disampaikan oleh Yunus disebutkan sebagai berikut: Demi Allah, Allah tidak akan pernah mempermalukan kamu. Dan ada juga penyebutan kata-kata Khadijah: Wahai putra pamanku! Dengarkan putra saudara laki-laki Anda.
Kitab Iman - Sahih Muslim 160 c
Narasi ini dari Sahih Muslim menggambarkan pengalaman spiritual yang mendalam dari Nabi Muhammad (semoga damai besertanya) setelah wahyu pertamanya. Ketika dia kembali kepada istrinya Khadijah, hatinya bergetar karena beban pertemuan ilahi ini—respons manusiawi alami terhadap peristiwa spiritual yang luar biasa.
Kebijaksanaan dan Dukungan Khadijah
Respons langsung Khadijah menunjukkan wawasan spiritualnya yang luar biasa dan dukungan yang tak tergoyahkan. Pernyataannya "Demi Allah, Allah tidak akan pernah menghinakanmu" mencerminkan pemahamannya yang mendalam tentang karakter mulia Nabi dan keyakinannya bahwa Allah tidak akan memilih seseorang yang tidak layak untuk kenabian.
Sapaan dia "Wahai anak pamanku! Dengarkanlah anak saudaramu" menunjukkan kebijaksanaan strategisnya dalam menyampaikan masalah ini kepada sepupunya Waraqa ibn Nawfal, mengetahui bahwa dia memiliki pengetahuan tentang kitab-kitab sebelumnya dan akan mengenali pentingnya peristiwa ini.
Penglihatan Benar sebagai Fondasi
Meskipun narasi khusus ini menghilangkan penyebutan mimpi-mimpi benar yang mendahului wahyu, catatan otentik lainnya menetapkan bahwa pengalaman kenabian Nabi dimulai dengan penglihatan yang benar selama tidur. Persiapan bertahap melalui mimpi ini berfungsi sebagai pelatihan spiritual sebelum wahyu dalam keadaan sadar, menunjukkan kebijaksanaan Allah dalam mempersiapkan Rasul-Nya secara bertahap untuk tanggung jawab yang besar ini.
Komentar Ilmiah
Para ulama klasik mencatat bahwa getaran hati Nabi menunjukkan beban kenabian yang sangat besar dan sifat komunikasi ilahi yang mengagumkan. Respons fisik ini menegaskan realitas pertemuan dan membedakan wahyu sejati dari pengalaman manusia belaka.
Para ulama juga menekankan bagaimana peran Khadijah menggambarkan pentingnya memiliki sahabat yang saleh yang memberikan dukungan emosional dan validasi spiritual selama masa cobaan dan ketidakpastian dalam perjalanan iman seseorang.