Allah Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi mengungkapkan hal ini: "Kamu yang berkafan, bangunlah dan sampaikan peringatan, Tuhanmu muliakan, pakaianmu dibersihkan dan menjauhi kekotoran," sebelum mewajibkan shalat. Saya merasa dilanda teror seperti yang diriwayatkan oleh Uqail.
Kitab Iman - Sahih Muslim 161 c
Narasi ini dari koleksi Sahih Muslim menggambarkan wahyu awal yang memerintahkan Nabi Muhammad (semoga damai besertanya) untuk memulai misi publiknya dalam memperingatkan umat manusia dan menegakkan tauhid (monoteisme).
Konteks Wahyu
Penyampaian ilahi ini terjadi selama periode Mekah awal, mengikuti wahyu pertama di Gua Hira. Perintah "bangkit dan sampaikan peringatan" menandai transisi dari wahyu pribadi ke proklamasi publik Islam.
Instruksi ini mendahului kewajiban formal shalat lima waktu, menunjukkan sifat fondasional dari perintah-perintah ini dalam menetapkan ibadah dan pemurnian Islam.
Komentar Ilmiah
"Wahai yang berselimut" merujuk pada Nabi yang membungkus dirinya dengan pakaian selama periode kontemplasi dan wahyu. Keadaan ini menandakan baik penutupan fisik maupun persiapan spiritual untuk tanggung jawab berat kenabian.
"Tuhanmu agungkan" menetapkan tauhid sebagai pesan utama - menegaskan kebesaran dan keunggulan Allah di atas semua ciptaan, yang membentuk inti keyakinan Islam.
"Pakaianmu bersihkan" mencakup baik pemurnian fisik maupun pembersihan spiritual dari praktik pra-Islam, sementara "kekotoran hindari" merujuk pada menghindari penyembahan berhala dan segala bentuk polusi spiritual.
Signifikansi Spiritual
Perasaan teror narator mencerminkan kekaguman dan keseriusan mendalam yang terkait dengan wahyu ilahi. Sarjana klasik mencatat ini menunjukkan keseriusan misi kenabian dan transformasi yang diperlukan untuk menyampaikan pesan Allah kepada umat manusia.
Urutan perintah ini menetapkan pilar-pilar penting dakwah: pemurnian keyakinan, kelurusan moral, dan keberanian dalam menyatakan kebenaran - prinsip-prinsip yang tetap mendasar dalam praktik Islam.