Saya mendengarnya dari Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) berkata: Sekelompok umat saya yang terdiri dari tujuh puluh ribu orang akan memasuki surga; wajah mereka akan seterang kecerahan bulan purnama. Abd Huraira berkata: 'Ukkasha b. Mihsan al-Asadi kemudian berdiri membungkus selimut di sekelilingnya dan berkata: Rasulullah, mohon (di hadapan) Allah agar Dia menjadikan aku salah satu di antara mereka. Atas hal ini Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) bersabda: Ya Allah, jadikanlah dia di antara mereka. Kemudian berdiri seorang pria dari Ansa dan berkata: Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar Dia menjadikan aku salah satu di antara mereka. Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) bersabda: 'Ukkasha telah mendahului kamu dalam hal ini.
Kitab Iman - Sahih Muslim 216 c
Riwayat ini dari Sahih Muslim menggambarkan kelompok khusus tujuh puluh ribu dari Ummah Nabi yang akan masuk Surga tanpa hisab, wajah mereka bersinar seperti bulan purnama. Nabi Muhammad (ﷺ) mengidentifikasi mereka sebagai orang-orang yang tidak melakukan kauterisasi, mencari ruqya (jampi-jampi), atau percaya pada pertanda buruk, tetapi menaruh kepercayaan penuh pada Tuhan mereka.
Komentar Ilmiah
Status terkemuka dari tujuh puluh ribu individu ini terletak pada tauhid murni mereka dan ketergantungan penuh pada Allah. Mereka menghindari bentuk pengobatan terlarang yang menunjukkan kelemahan iman, seperti kauterisasi yang biasa dipraktikkan dalam masa jahiliyah pra-Islam, dan ruqya yang melibatkan syirik.
Wajah mereka yang cerah melambangkan penerangan hati mereka dengan iman sejati dan kebebasan mereka dari penyakit spiritual takhayul dan ketergantungan pada makhluk ciptaan daripada Sang Pencipta.
Insiden dengan 'Ukkasha
Ketika 'Ukkasha segera berdiri untuk meminta hak istimewa ini, ia menunjukkan semangat teladan untuk kebaikan. Doa cepat Nabi untuknya menunjukkan diterimanya permintaannya dan karakter layaknya.
Permintaan Ansari berikutnya, meskipun mulia, datang setelah 'Ukkasha telah mengamankan berkah, mengajarkan kita pentingnya bersegera dalam perbuatan baik dan tidak menunda dalam mencari keunggulan spiritual.
Pelajaran Spiritual
Hadis ini mendorong Muslim untuk memurnikan iman mereka dari semua inovasi dan takhayul, untuk mengembangkan kepercayaan penuh pada Allah, dan untuk bersaing secara benar dalam mencapai kedudukan spiritual tinggi di Akhirat.
Ini juga menunjukkan belas kasihan Nabi dalam menanggapi permintaan tulus dari sahabat-sahabatnya dan pentingnya proaktif dalam mencari kebaikan daripada pasif.