حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ، وَأَبُو الرَّبِيعِ الزَّهْرَانِيُّ، قَالاَ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، - يَعْنِيَانِ ابْنَ زَيْدٍ - عَنْ أَيُّوبَ، عَنْ أَبِي قِلاَبَةَ، عَنْ أَبِي أَسْمَاءَ، عَنْ ثَوْبَانَ، قَالَ أَبُو الرَّبِيعِ رَفَعَهُ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَفِي حَدِيثِ سَعِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ عَائِدُ الْمَرِيضِ فِي مَخْرَفَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَرْجِعَ ‏"‏ ‏.‏
Terjemahan
Abu Rabi' melaporkan langsung dari Rasul Allah radhiyallahu 'alaihi wa sallam' sebagai sabda

Orang yang mengunjungi orang sakit sebenarnya seperti orang yang berada di kebun buah Firdaus selama dia tidak kembali.

Comment

Teks Hadis & Referensi

"Orang yang mengunjungi orang sakit sebenarnya seperti orang yang berada di taman buah Surga selama dia tidak kembali."

Kitab: Kitab Keutamaan, Menyuruh Berbuat Baik, dan Menyambung Tali Silaturahmi

Penulis: Sahih Muslim

Referensi: Sahih Muslim 2568 a

Makna & Signifikansi

Hadis mulia ini menggambarkan pahala spiritual yang sangat besar untuk mengunjungi orang sakit. Nabi (semoga damai menyertainya) menyamakan tindakan ini dengan berada di kebun-kebun Surga, menunjukkan bahwa pengunjung dibungkus dalam rahmat dan berkah ilahi selama kunjungan mereka.

Frasa "selama dia tidak kembali" menandakan bahwa keadaan surgawi ini berlanjut sepanjang durasi kunjungan. Ini berfungsi sebagai motivasi yang kuat bagi Muslim untuk sering terlibat dalam tindakan penuh kasih ini, memperkuat ikatan komunitas dan mendapatkan karunia ilahi yang besar.

Komentar Ulama

Ulama klasik menjelaskan bahwa "taman buah Surga" (Rawdah al-Jannah) mewakili tempat kesenangan, kedamaian, dan kedekatan dengan keridhaan Allah yang tertinggi. Dengan membuat perbandingan ini, Nabi menekankan bahwa kegembiraan dan pahala spiritual yang dialami saat mengunjungi orang sakit serupa dengan kebahagiaan Akhirat.

Imam An-Nawawi berkomentar bahwa hadis ini mendorong Muslim untuk mengunjungi tanpa memandang status orang sakit, menyoroti sifat universal dari kebajikan ini. Sifat sementara dari pahala ("selama dia tidak kembali") memotivasi praktik konsisten dari perbuatan mulia ini sepanjang hidup seseorang.

Ulama juga mencatat bahwa tindakan ini mewujudkan nilai-nilai Islam yang esensial: kasih sayang, tanggung jawab sosial, dan pengingat akan kematian. Ini melembutkan hati, memperkuat ikatan komunal, dan berfungsi sebagai pengingat akan sifat fana dari kehidupan duniawi ini.

Implementasi Praktis

Pengunjung harus menjaga etika yang tepat: menawarkan doa tulus untuk kesembuhan, mengucapkan kata-kata penghibur, menjaga kunjungan singkat untuk menghindari membebani pasien, dan memberikan bantuan praktis jika diperlukan.

Ajaran ini melampaui penyakit fisik untuk mencakup mengunjungi mereka yang menderita kesusahan spiritual, emosional, atau psikologis, mencerminkan rahmat komprehensif dari ajaran Islam.