حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ، وَأَبُو الرَّبِيعِ الزَّهْرَانِيُّ، قَالاَ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، - يَعْنِيَانِ ابْنَ زَيْدٍ - عَنْ أَيُّوبَ، عَنْ أَبِي قِلاَبَةَ، عَنْ أَبِي أَسْمَاءَ، عَنْ ثَوْبَانَ، قَالَ أَبُو الرَّبِيعِ رَفَعَهُ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَفِي حَدِيثِ سَعِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ عَائِدُ الْمَرِيضِ فِي مَخْرَفَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَرْجِعَ ‏"‏ ‏.‏
Terjemahan
Thauban melaporkan Rasul Allah (صلى الله عليه وسلم) sebagai berkata

Sesungguhnya, ketika seorang Muslim mengunjungi saudaranya dalam Islam, dia seharusnya tinggal di kebun buah surga sampai dia kembali.

Comment

Kitab Kebajikan, Menyuruh Akhlak Baik, dan Menyambung Tali Silaturahmi - Sahih Muslim 2568 c

Sesungguhnya, ketika seorang Muslim mengunjungi saudaranya dalam Islam, ia dianggap tetap berada di taman buah Surga hingga ia kembali.

Penjelasan Hadis

Hadis mulia ini, yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah (semoga Allah meridainya) dan dicatat oleh Imam Muslim, menerangi keutamaan spiritual yang besar dari mengunjungi sesama Muslim demi Allah. Frasa "taman buah Surga" (Rawdah min Riyad al-Jannah) adalah metafora yang mendalam yang menunjukkan bahwa pengunjung, selama seluruh durasi kunjungannya, terbungkus dalam suasana rahmat ilahi, kedamaian, dan kegembiraan spiritual yang serupa dengan taman-taman Surga.

Para ulama menjelaskan bahwa keadaan ini bukan hanya janji di masa depan tetapi realitas spiritual saat ini. Pengunjung terlibat dalam suatu ibadah yang memperkuat ikatan persaudaraan (ukhuwwah), yang merupakan pilar fundamental komunitas Muslim. Tindakan ini menghapus dosa, menumbuhkan cinta, dan memenuhi hak-hak yang dimiliki Muslim satu sama lain. Intinya, pengunjung sedang memanen buah-buah spiritual dari ketaatan dan kasih sayang.

Syarat dan Makna Lebih Dalam

Komentator klasik, seperti Imam An-Nawawi, menetapkan bahwa pahala penuh dicapai ketika kunjungan dilakukan dengan tulus demi Allah, bukan untuk keuntungan duniawi, kewajiban sosial, atau kemunafikan. Niatnya harus untuk menyenangkan Allah dengan menghibur seorang mukmin, memperkuat ikatan keluarga, atau mendamaikan hati.

Hadis ini juga menyiratkan kode etik untuk kunjungan. Pengunjung harus membawa kedamaian, menawarkan nasihat yang tulus, menghindari gosip dan kerusakan, dan berangkat sebelum menimbulkan ketidaknyamanan. Dengan demikian, seluruh perjalanan—dari meninggalkan rumah dengan niat murni hingga kembali—menjadi ibadah yang berkelanjutan, menghubungkan pengunjung dengan rahmat ilahi Surga secara mulus.

Kesimpulan dan Makna Spiritual

Kesimpulannya, hadis ini mengubah tindakan duniawi yang sederhana, yaitu mengunjungi, menjadi latihan spiritual yang mendalam. Ini mengajarkan bahwa kenikmatan Akhirat dapat dirasakan di dunia ini melalui perbuatan baik yang dilakukan dengan ketulusan. Ini adalah dorongan yang kuat untuk memelihara dan mengembangkan ikatan persaudaraan Islam, mengingatkan setiap mukmin bahwa dalam mencari kebahagiaan saudara atau saudari mereka, mereka menemukan diri mereka di taman-taman abadi dari karunia ilahi.