حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، وَأَبُو عَامِرٍ الأَشْعَرِيُّ قَالاَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ، وَأَبُو أُسَامَةَ ح وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلاَءِ أَبُو كُرَيْبٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ، وَابْنُ، إِدْرِيسَ وَأَبُو أُسَامَةَ كُلُّهُمْ عَنْ بُرَيْدٍ، عَنْ أَبِي بُرْدَةَ، عَنْ أَبِي مُوسَى، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا ‏"‏ ‏.‏
Terjemahan
Nu'man b. Bashir melaporkan Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) bersabda

Orang-orang percaya seperti satu orang; Jika kepalanya sakit, seluruh tubuh sakit karena demam dan sulit tidur.

Comment

Teks Hadis

"Orang-orang beriman itu seperti satu orang; jika kepalanya sakit, seluruh tubuhnya sakit dengan demam dan tidak bisa tidur."

Referensi: Sahih Muslim 2586 c | Kitab Keutamaan, Menyuruh Berbuat Baik, dan Menyambung Tali Silaturahmi

Interpretasi Metaforis

Hadis mulia ini menggunakan analogi yang kuat dari tubuh manusia untuk menggambarkan kesatuan dan keterkaitan yang mendalam dari komunitas Muslim. Sama seperti berbagai organ dari satu tubuh berbagi dalam rasa sakit dan kesenangan, begitu pula orang-orang beriman harus berbagi dalam kegembiraan dan kesedihan satu sama lain.

Kepala mewakili kepemimpinan dan bimbingan dalam Ummah. Ketika kepemimpinan terkena kesalahan atau korupsi, seluruh komunitas menderita kesusahan spiritual, sama seperti sakit kepala mempengaruhi fungsi seluruh tubuh.

Komentar Ilmiah

Imam al-Nawawi menjelaskan bahwa hadis ini menetapkan kewajiban saling kasih sayang dan tanggung jawab bersama di antara Muslim. "Demam dan tidak bisa tidur" melambangkan respons kolektif komunitas terhadap penderitaan anggota mana pun - keadaan kegelisahan dan keprihatinan sampai kelegaan tercapai.

Ibn Rajab al-Hanbali menjelaskan bahwa kesatuan ini memerlukan dukungan praktis: membantu yang tertindas, menasihati pelaku kesalahan, dan secara kolektif bekerja untuk menghilangkan bahaya dari komunitas, sama seperti seseorang akan merawat bagian tubuhnya yang sakit.

Implikasi Praktis

Ajaran ini mengharuskan Muslim untuk merasakan keprihatinan yang tulus terhadap kesulitan sesama orang beriman, terlepas dari perbedaan geografis atau etnis. Rasa sakit seorang Muslim di negeri yang jauh harus membuat kita susah seolah-olah itu adalah milik kita sendiri.

Ini melarang ketidakpedulian terhadap urusan komunitas dan memerintahkan keterlibatan aktif dalam kesejahteraan kolektif. Sama seperti seseorang tidak dapat mengabaikan sakit kepala yang terus-menerus, Muslim tidak dapat mengabaikan masalah Ummah.

Prinsip ini membentuk fondasi untuk solidaritas sosial Islam, bantuan timbal balik, dan tanggung jawab kolektif dalam menyuruh berbuat baik dan melarang kejahatan.