Orang kuat bukanlah orang yang bergulat dengan baik tetapi orang kuat adalah orang yang mengendalikan dirinya sendiri ketika dia sedang marah.
Kitab Kebajikan, Menyuruh Akhlak Baik, dan Menjalin Hubungan Kekerabatan
Sahih Muslim 2609 a
Teks Hadis
"Orang yang kuat bukanlah yang bergulat dengan baik, tetapi orang yang kuat adalah yang mengendalikan dirinya ketika dia dalam keadaan marah."
Komentar
Hadis yang mendalam ini mendefinisikan ulang kekuatan sejati, mengalihkan fokus dari keunggulan fisik kepada ketabahan spiritual dan moral. Nabi Muhammad (semoga damai besertanya) mengajarkan bahwa kekuatan nyata tidak terletak pada menguasai orang lain tetapi pada menguasai diri sendiri, terutama selama momen kemarahan hebat ketika nafs (diri rendah) paling rentan terhadap pemberontakan.
Kekuatan sejati terwujud ketika seseorang, meskipun memiliki kapasitas untuk membalas, memilih menahan diri dan kesabaran. Ini membutuhkan keberanian yang lebih besar daripada pertarungan fisik, karena melibatkan memerangi keinginan dan impuls batin sendiri. Orang yang mengendalikan kemarahan menunjukkan iman (kepercayaan) sejati, karena manajemen kemarahan adalah salah satu bentuk disiplin spiritual tertinggi.
Para ulama menjelaskan bahwa ajaran ini selaras dengan prinsip Al-Quran tentang "mereka yang menahan kemarahan dan memaafkan orang" (3:134). Orang beriman yang kuat adalah dia yang, ketika marah, mengingat Allah dan menekan amarahnya, mencari keridhaan Tuhannya daripada kepuasan sementara emosi.
Aplikasi Praktis
Ketika kemarahan muncul, orang beriman harus mencari perlindungan kepada Allah dari setan, mengubah posisi fisik (duduk jika berdiri, berbaring jika duduk), melakukan wudu (bersuci), atau tetap diam sampai kemarahan mereda. Panduan praktis ini mengubah kekuatan teoretis menjadi kesalehan yang hidup.