حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ بْنِ قَعْنَبٍ، حَدَّثَنَا مَالِكٌ، عَنْ إِسْحَاقَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ، أَبِي طَلْحَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ أَعْرَابِيًّا، قَالَ لِرَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَتَى السَّاعَةُ قَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ مَا أَعْدَدْتَ لَهَا ‏"‏ ‏.‏ قَالَ حُبَّ اللَّهِ وَرَسُولِهِ ‏.‏ قَالَ ‏"‏ أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ ‏"‏ ‏.‏
Terjemahan
Anas b. Malik melaporkan bahwa seseorang datang kepada Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) dan berkata kepada Rasulullah

Kapan Jam Terakhir? Setelah itu dia (Nabi Suci) berkata: Persiapan apa yang telah kamu buat untuk Jam Akhir? Dia berkata: Cinta Allah dan Rasul-Nya (adalah satu-satunya persiapanku). Setelah itu dia (Nabi Suci) berkata: Kamu akan bersama dengan orang yang kamu cintai. Anas berkata: Tidak ada yang lebih menyenangkan kita setelah menerima Islam daripada kata-kata Rasul Allah: Kamu akan bersama dengan orang yang kamu kasihi. Dan kata Anas. Saya mengasihi Allah dan Rasul-Nya dan Abu Bakar dan Umar, dan saya berharap bahwa saya akan bersama mereka meskipun saya tidak bertindak seperti mereka.

Comment

Kitab Keutamaan, Menyuruh Akhlak Baik, dan Menyambung Tali Silaturahmi

Sahih Muslim - Hadis 2639d

Konteks dan Makna

Hadis yang mendalam ini menanggapi pertanyaan seorang sahabat tentang waktu terjadinya Hari Kiamat. Nabi Muhammad (semoga damai besertanya) mengalihkan pertanyaan dari pengetahuan spekulatif ke persiapan praktis, menekankan bahwa yang benar-benar penting adalah keadaan spiritual seseorang dan hubungannya dengan Allah dan Rasul-Nya.

Komentar Ulama

Jawaban Nabi mengajarkan bahwa kekhawatiran terhadap hal-hal gaib tidak boleh mengalihkan perhatian dari pekerjaan spiritual yang penting. Pernyataan "Kamu akan bersama dengan orang yang kamu cintai" menetapkan bahwa cinta tulus kepada makhluk yang saleh - terutama Allah dan Rasul-Nya - menjadi sarana kedekatan ilahi dan persahabatan di Akhirat.

Cinta ini bukan sekadar emosi tetapi mencakup ketaatan, peneladanan karakter, dan kepatuhan pada Sunnah. Refleksi sahabat Anas bin Malik selanjutnya menunjukkan bagaimana prinsip ini meluas ke cinta kepada para pendahulu yang saleh seperti Abu Bakar dan Umar, berharap untuk persahabatan melalui kasih sayang tulus meskipun ada kekurangan yang dirasakan dalam perbuatan.

Implikasi Spiritual

Ajaran ini memberikan penghiburan yang mendalam bagi orang beriman, menunjukkan bahwa cinta sejati kepada Allah dan orang-orang pilihan-Nya dapat melampaui ketidaksempurnaan diri sendiri. Namun, para ulama menjelaskan bahwa cinta seperti itu harus terwujud dalam mengikuti teladan Nabi dan menjunjung tinggi ajaran Islam.

Hadis ini menekankan bahwa kesuksesan tertinggi terletak bukan pada mengetahui hal-hal tersembunyi tetapi pada membina hubungan murni dengan Allah dan hamba-hamba-Nya yang saleh, menjadikan ini persiapan sejati untuk Akhirat.