وَحَدَّثَنِي عَمْرٌو النَّاقِدُ، وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ، ح وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، جَمِيعًا عَنِ ابْنِ عُيَيْنَةَ، قَالَ عَمْرٌو حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ سَعِيدٍ، وَعَبَّادِ بْنِ تَمِيمٍ، عَنْ عَمِّهِ، شُكِيَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم الرَّجُلُ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهُ يَجِدُ الشَّىْءَ فِي الصَّلاَةِ قَالَ ‏"‏ لاَ يَنْصَرِفُ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيحًا ‏"‏ ‏.‏ قَالَ أَبُو بَكْرٍ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ فِي رِوَايَتِهِمَا هُوَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ زَيْدٍ ‏.‏
Terjemahan
Abu Huraira melaporkan

Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) bersabda: Jika ada di antara kamu yang mengalami sakit di perutnya, tetapi ragu apakah ada sesuatu yang dikeluarkan darinya atau tidak, jangan meninggalkan masjid kecuali dia mendengar suara atau merasakan bau.

Comment

Kitab Haid - Sahih Muslim 362

Rasulullah (ﷺ) bersabda: Jika salah satu dari kalian merasakan sakit di perutnya, tetapi ragu apakah ada sesuatu yang keluar darinya, dia tidak boleh meninggalkan masjid kecuali dia mendengar suara atau mencium bau.

Komentar tentang Hadis

Hadis mulia ini menetapkan prinsip penting dalam yurisprudensi Islam mengenai keraguan tentang kesucian ritual selama shalat. Nabi (ﷺ) mengajarkan kita bahwa kecurigaan atau keraguan belaka tanpa bukti yang jelas tidak membatalkan keadaan kesucian seseorang.

Hikmah di balik keputusan ini adalah untuk mencegah kesulitan yang tidak perlu dan mempertahankan kelangsungan ibadah. Jika setiap keraguan mengharuskan meninggalkan shalat, itu akan menyebabkan gangguan terus-menerus dalam pengabdian seseorang.

Dua tanda jelas yang disebutkan - mendengar suara atau mencium bau - berfungsi sebagai kriteria objektif untuk membedakan antara ketidaknyamanan perut belaka dan emisi aktual yang membatalkan wudu. Ini menunjukkan pendekatan praktis Islam dalam hal-hal spiritual.

Para ulama telah menyimpulkan dari ini bahwa keadaan asli kesucian tetap ada sampai ada kepastian tentang pembatalannya. Prinsip ini berlaku tidak hanya untuk kehadiran di masjid tetapi untuk semua tindakan ibadah yang memerlukan kesucian.

Prinsip Hukum yang Diperoleh

Kepastian tidak dibatalkan oleh keraguan - seseorang tetap dalam keadaan aslinya sampai bukti jelas muncul.

Syariah telah membuat tindakan ibadah mudah dan dapat diakses, menghilangkan beban yang tidak perlu dari penyembah.

Bukti indera objektif (suara atau bau) didahulukan daripada perasaan atau kecurigaan subjektif.

Keputusan ini berlaku sama untuk pria dan wanita dalam hal-hal di mana prinsip kesucian yang sama berlaku.