حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى، قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّهَا قَالَتْ خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ حَتَّى إِذَا كُنَّا بِالْبَيْدَاءِ - أَوْ بِذَاتِ الْجَيْشِ - انْقَطَعَ عِقْدٌ لِي فَأَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَلَى الْتِمَاسِهِ وَأَقَامَ النَّاسُ مَعَهُ وَلَيْسُوا عَلَى مَاءٍ وَلَيْسَ مَعَهُمْ مَاءٌ فَأَتَى النَّاسُ إِلَى أَبِي بَكْرٍ فَقَالُوا أَلاَ تَرَى إِلَى مَا صَنَعَتْ عَائِشَةُ أَقَامَتْ بِرَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَبِالنَّاسِ مَعَهُ وَلَيْسُوا عَلَى مَاءٍ وَلَيْسَ مَعَهُمْ مَاءٌ ‏.‏ فَجَاءَ أَبُو بَكْرٍ وَرَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَاضِعٌ رَأْسَهُ عَلَى فَخِذِي قَدْ نَامَ فَقَالَ حَبَسْتِ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَالنَّاسَ وَلَيْسُوا عَلَى مَاءٍ وَلَيْسَ مَعَهُمْ مَاءٌ ‏.‏ قَالَتْ فَعَاتَبَنِي أَبُو بَكْرٍ وَقَالَ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَقُولَ وَجَعَلَ يَطْعُنُ بِيَدِهِ فِي خَاصِرَتِي فَلاَ يَمْنَعُنِي مِنَ التَّحَرُّكِ إِلاَّ مَكَانُ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَلَى فَخِذِي فَنَامَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم حَتَّى أَصْبَحَ عَلَى غَيْرِ مَاءٍ فَأَنْزَلَ اللَّهُ آيَةَ التَّيَمُّمِ فَتَيَمَّمُوا ‏.‏ فَقَالَ أُسَيْدُ بْنُ الْحُضَيْرِ - وَهُوَ أَحَدُ النُّقَبَاءِ - مَا هِيَ بِأَوَّلِ بَرَكَتِكُمْ يَا آلَ أَبِي بَكْرٍ ‏.‏ فَقَالَتْ عَائِشَةُ فَبَعَثْنَا الْبَعِيرَ الَّذِي كُنْتُ عَلَيْهِ فَوَجَدْنَا الْعِقْدَ تَحْتَهُ ‏.‏
Terjemahan
Hadis ini diriwayatkan oleh Shaqiq dengan rantai pemancar yang sama tetapi dengan perubahan kata-kata ini

Dia (Nabi Suci) memukul tangan di bumi, dan kemudian menjabat tangan dan kemudian menyeka wajah dan telapak tangannya.

Comment

Kitab Haid - Sahih Muslim 368b

Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Riwayat ini dari ibu kita Aisyah (semoga Allah meridainya) menggambarkan tindakan Nabi (saw) ketika melakukan tayamum (bersuci kering) karena ketiadaan air atau ketidakmampuan menggunakannya.

Analisis Teks

Frasa "memukulkan tangan ke tanah" menunjukkan tindakan awal meletakkan kedua telapak tangan dengan kuat di tanah atau debu yang suci. Selanjutnya "menggoyangkannya" menunjukkan praktik kenabian dalam menghilangkan debu berlebih dengan menggoyangkan tangan secara lembut. Akhirnya, "mengusap wajah dan telapak tangannya" menunjukkan urutan yang benar: pertama seluruh wajah, kemudian tangan hingga pergelangan tangan.

Keputusan Hukum

Hadis ini menetapkan bahwa tayamum memerlukan satu pukulan pada tanah suci untuk wajah dan tangan. Pengusapan telapak tangan mencakup tangan kanan dan kiri, bertentangan dengan beberapa pendapat yang memerlukan dua pukulan terpisah. Tindakan menggoyang menunjukkan moderasi dalam menggunakan debu - tidak berlebihan maupun tidak cukup.

Dimensi Spiritual

Ibn al-Qayyim (semoga Allah merahmatinya) mencatat bahwa tayamum melambangkan kemudahan Allah dalam agama - ketika air tidak tersedia, tanah suci menjadi sarana pembersihan. Ini menunjukkan keindahan adaptabilitas yurisprudensi Islam sambil mempertahankan kemurnian spiritual.

Aplikasi Praktis

Para ulama menyimpulkan dari ini bahwa tayamum mengikuti urutan yang sama seperti wudu: niat, memukul tanah, mengusap wajah, kemudian tangan. Mazhab Hanafi berpendapat bahwa pengusapan meluas hingga siku, sementara yang lain membatasinya hingga pergelangan tangan berdasarkan kata-kata dalam riwayat ini.