Penglihatan yang baik berasal dari Allah dan mimpi buruk (hulm) berasal dari setan; maka jika salah seorang di antara kamu melihat sesuatu (dalam mimpi) yang tidak disukainya, dia harus meludahi sisi kirinya tiga kali dan berlindung kepada Allah dari kejahatannya, maka itu tidak akan pernah menyakitinya. Abu Salama berkata: Saya biasa melihat mimpi yang lebih berat di atas saya daripada gunung; tetapi karena saya mendengar hadis ini saya tidak peduli (bebannya).
Kitab Mimpi - Sahih Muslim 2261 d
Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, dan salam serta berkah atas Rasul terakhir-Nya Muhammad. Hadis mulia dari Sahih Muslim ini mengandung hikmah mendalam mengenai mimpi dan makna spiritualnya dalam tradisi Islam.
Klasifikasi Mimpi
Nabi (semoga damai atasnya) secara tegas membedakan antara penglihatan yang benar (ru'ya) dan mimpi buruk (hulm). Penglihatan sejati merupakan salah satu dari empat puluh enam bagian kenabian, sebagaimana ditetapkan dalam riwayat otentik, dan berfungsi sebagai kabar gembira dari Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman.
Namun, mimpi buruk berasal dari Setan yang berusaha menyusahkan orang beriman dan menanamkan ketakutan di hati mereka. Perbedaannya tidak hanya pada isi tetapi pada sumber spiritual - ilham ilahi versus bisikan setan.
Panduan Praktis untuk Mimpi yang Mengganggu
Obat yang ditetapkan menunjukkan pendekatan Islam yang komprehensif terhadap kesejahteraan spiritual dan psikologis. Meludah ringan (tanpa air liur) tiga kali ke kiri melambangkan penolakan terhadap kejahatan, karena sisi kiri secara tradisional mewakili hal-hal negatif.
Meminta perlindungan kepada Allah melalui doa khusus memberikan perlindungan ilahi terhadap pengaruh setan. Kombinasi tindakan fisik dan doa spiritual ini menciptakan perisai yang kuat terhadap bahaya.
Kesaksian Sahabat
Kesaksian Abu Salama mengautentikasi keefektifan praktis dari ajaran ini. Pengalamannya menunjukkan bagaimana pemahaman dan penerapan bimbingan kenabian yang tepat dapat mengubah hubungan seseorang dengan mimpi yang mengganggu, mengubah kecemasan menjadi kepercayaan pada perlindungan Allah.
Kesaksian sahabat ini berfungsi sebagai validasi praktis bagi generasi berikutnya, menunjukkan bahwa ajaran Nabi memberikan solusi nyata untuk keprihatinan manusia.
Implikasi Spiritual
Hadis ini mengajarkan orang beriman untuk mengaitkan kebaikan kepada Allah dan mengenali kejahatan sebagai sesuatu yang eksternal dari sifat ilahi. Ini memperkuat tauhid (monoteisme) dalam memahami fenomena spiritual dan mencegah takhayul.
Instruksi ini juga menumbuhkan ketergantungan pada Allah daripada takut pada ciptaan, melatih orang beriman untuk merespons kesulitan dengan obat yang ditetapkan daripada kecemasan. Ini menggambarkan pendekatan Islam yang seimbang dalam hal-hal spiritual.