Sesungguhnya Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) bersabda: Tangkiku memiliki dimensi yang lebih luas dari jarak antara Aila dan Aden, dan airnya lebih putih dari es dan lebih manis dari madu yang diencerkan dengan susu, dan cangkirnya lebih banyak daripada jumlah bintang. Sesungguhnya Aku akan mencegah orang-orang (yang tidak beriman) dari sana sama seperti manusia menghalangi unta orang-orang dari mata airnya. Mereka berkata: Rasulullah, maukah kamu mengenali kami pada hari itu? Dia berkata: Ya, kamu akan memiliki tanda-tanda khas yang tidak akan dimiliki oleh siapa pun di antara bangsa-bangsa (kecuali kamu); Anda akan datang kepada saya dengan dahi yang menyala-nyala dan tangan dan kaki yang cerah karena jejak wudhu.
Keunggulan Wudhu
Hadis yang diberkati ini dari Sahih Muslim 247a menetapkan signifikansi spiritual yang mendalam dari wudhu dalam Islam. Nabi Muhammad (ﷺ) menggambarkan Hawd al-Kawthar (Telaga) -Nya di Surga dengan atribut yang megah: luasnya melebihi jarak antara Aila (sekarang Aqaba) dan Aden (Yaman), airnya lebih murni daripada es dan lebih manis daripada madu yang dicampur dengan susu, dan bejana minumnya melebihi jumlah bintang.
Tanda Pembeda Orang-Orang Beriman
Kekhawatiran para Sahabat tentang pengakuan pada Hari Kebangkitan dijawab dengan jaminan ilahi. Nabi menegaskan bahwa umatnya akan dibedakan oleh jejak bercahaya dari wudhu - dahi, tangan, dan kaki yang bersinar dari wudhu yang benar. Manifestasi fisik dari kemurnian spiritual ini akan berfungsi sebagai pengenal eksklusif mereka, memisahkan mereka dari bangsa-bangsa lain.
Komentar Ilmiah
Para ulama klasik menekankan bahwa hadis ini dari Kitab Penyucian dalam Sahih Muslim menunjukkan baik pahala besar Allah untuk kemurnian ritual maupun peran perantaraan Nabi. Pencegahan orang-orang tertentu dari Telaga merujuk pada mereka yang mengabaikan wudhu atau melakukannya dengan tidak benar. Anggota tubuh yang bercahaya menandakan cahaya ilahi (nur) yang menyertai kemurnian ritual, membuat orang-orang beriman dapat dikenali di alam spiritual.
Imam Nawawi berkomentar bahwa perbandingan dengan perlindungan unta menggambarkan otoritas Nabi untuk menolak akses kepada mereka yang meninggalkan Sunnahnya mengenai penyucian. Tanda-tanda yang bersinar bukan hanya fisik tetapi mewakili pencerahan spiritual yang diperoleh melalui ketaatan yang konsisten dalam ritual penyucian.