Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) kebetulan melewati dua kuburan dan berkata: Mereka (penghuninya) sedang disiksa, tetapi mereka tidak disiksa karena dosa yang berat. Salah satu dari mereka membawa cerita dan yang lainnya tidak menjaga dirinya dari keamanan yang dicemari oleh urin. Dia kemudian meminta ranting baru dan membaginya menjadi dua bagian, dan menanamnya di setiap kuburan dan kemudian berkata: Mungkin, cara hukuman mereka dikurangi selama ranting-ranting ini tetap segar.
Teks & Konteks Hadis
Rasulullah (ﷺ) kebetulan melewati dua kuburan dan berkata: Mereka (penghuninya) sedang disiksa, tetapi mereka tidak disiksa karena dosa yang besar. Salah satunya membawa cerita dan yang lain tidak menjaga dirinya dari najis air kencing. Kemudian Beliau meminta sebatang ranting segar dan membaginya menjadi dua bagian, dan menanamnya di setiap kuburan lalu berkata: Mungkin, hukuman mereka dapat diringankan selama ranting-ranting ini tetap segar.
Referensi: Sahih Muslim 292a | Kitab: Kitab Penyucian
Komentar Ilmiah
Hadis yang mendalam dari Sahih Muslim ini berfungsi sebagai peringatan serius terhadap dua dosa yang tampaknya kecil tetapi membawa konsekuensi berat di Akhirat. Klarifikasi Nabi (ﷺ) bahwa dosa-dosa ini "tidak besar" menunjukkan bahwa mereka sering diabaikan oleh orang-orang, namun mereka pantas mendapatkan hukuman ilahi.
Dosa pertama - membawa cerita (nameemah) - merujuk pada menyebarkan ucapan yang menyebabkan perselisihan antara orang. Para ulama menjelaskan ini termasuk gosip, fitnah, dan menggunjing yang menghancurkan hubungan dan komunitas. Beratnya terletak pada korupsi sosial yang diciptakannya.
Dosa kedua - kelalaian dalam penyucian dari air kencing - menunjukkan pentingnya Islam menempatkan kebersihan fisik dan spiritual. Komentator klasik menekankan bahwa ini merujuk pada kelalaian sengaja dalam membersihkan diri dengan benar setelah buang air kecil, menunjukkan pengabaian terhadap persyaratan kesucian ritual yang penting untuk shalat dan ibadah.
Implikasi Hukum & Spiritual
Penanaman ranting segar mewakili syafaat Nabi (ﷺ) dan rahmat Allah yang tak terbatas. Para ulama menafsirkan ini sebagai demonstrasi bahwa bahkan selama hukuman, rahmat ilahi tetap dapat diakses. Sifat sementara kesegaran ranting menunjukkan durasi terbatas dari mitigasi khusus ini.
Hadis ini menetapkan prinsip bahwa tidak ada dosa yang harus dianggap sepele. Ini mengingatkan orang beriman untuk menjaga lidah mereka dan mempertahankan kemurnian fisik dengan perawatan yang sangat hati-hati. Pelajaran kolektif adalah bahwa kelalaian dalam hal ucapan dan penyucian dapat menyebabkan konsekuensi serius, sementara rahmat Allah tetap tersedia melalui syafaat Nabi-Nya dan perbuatan baik orang yang hidup.