حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ بْنِ قَعْنَبٍ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ، عَنْ أَنَسٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ مَعَ إِحْدَى نِسَائِهِ فَمَرَّ بِهِ رَجُلٌ فَدَعَاهُ فَجَاءَ فَقَالَ ‏"‏ يَا فُلاَنُ هَذِهِ زَوْجَتِي فُلاَنَةُ ‏"‏ ‏.‏ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ كُنْتُ أَظُنُّ بِهِ فَلَمْ أَكُنْ أَظُنُّ بِكَ ‏.‏ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنَ الإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ ‏"‏ ‏.‏
Terjemahan
Safiyya putri Huyyay (istri Rasul Allah) melaporkan bahwa ketika Rasulullah -radhiyallahu 'alaihi wa sallam sedang menjalankan I'tikaf, saya datang mengunjunginya pada suatu malam dan berbicara dengannya selama beberapa waktu. Kemudian saya berdiri untuk kembali dan dia (Rasul Allah) juga berdiri bersama saya untuk mengucapkan selamat tinggal kepada saya. Dia pada waktu itu tinggal di rumah Usama b. Zaid. Kedua orang dari Ansar kebetulan melewatinya. Ketika mereka melihat Rasul Allah (صلى الله عليه وسلم). mereka mulai berjalan dengan cepat, kemudian Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) berkata kepada mereka

Berjalan dengan tenang, dia adalah Safiyya putri Huyyay... Keduanya berkata: Rasulullah, sucilah Allah, (kami tidak dapat membayangkan ab., ug meragukan bahkan di sudut-sudut terjauh pikiran kami), lalu dia berkata: Setan beredar di dalam tubuh manusia seperti sirkulasi darah dan saya khawatir itu tidak menanamkan kejahatan di dalam hati Anda atau apa pun.

Comment

Kitab Salam - Sahih Muslim 2175a

Narasi ini dari Sahih Muslim menceritakan sebuah insiden di mana Nabi Muhammad (semoga damai besertanya) sedang bepergian dengan istrinya Safiyya binti Huyayy. Ketika beberapa sahabat mengungkapkan keheranan melihat seorang wanita bersamanya, Nabi mengidentifikasinya sebagai istrinya yang mulia, menegaskan statusnya dan melindungi kehormatannya.

Komentar Ilmiah

Pernyataan Nabi "Setan beredar dalam tubuh manusia seperti peredaran darah" menggambarkan sifat konstan dari bisikan setan (waswas) yang dapat mempengaruhi pikiran manusia. Para ulama klasik menjelaskan ini sebagai analogi yang mendalam yang menunjukkan betapa dalamnya saran negatif dapat tertanam dalam kesadaran manusia.

Kekhawatiran Nabi tentang Setan "menanamkan kejahatan dalam hatimu" menunjukkan kebijaksanaannya dalam mengantisipasi pikiran negatif tentang pernikahannya dengan Safiyya, yang berasal dari suku yang sebelumnya berseberangan. Para ulama mencatat bahwa ini mengajarkan kita untuk menangani potensi kesalahpahaman secara proaktif.

Hadis ini juga menetapkan prinsip-prinsip penting: kebolehan bepergian dengan wanita mahram, pentingnya melindungi kehormatan wanita, dan pengakuan bahwa bahkan sahabat yang saleh dapat rentan terhadap bisikan setan - menekankan perlunya kewaspadaan spiritual yang konstan.

Implikasi Hukum dan Spiritual

Para ahli hukum Islam menyimpulkan dari narasi ini bahwa pikiran mencurigakan tentang orang-orang saleh harus segera dibuang. Metodologi Nabi di sini mengajarkan kita untuk memberikan orang manfaat dari keraguan dan melawan asumsi negatif dengan penjelasan yang jelas.

Peredaran Setan dalam tubuh manusia seperti darah menunjukkan perjuangan terus-menerus melawan saran jahat, yang memerlukan zikir yang konstan kepada Allah dan mencari perlindungan kepada-Nya dari pengaruh setan.