حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى، وَإِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، - وَاللَّفْظُ لِيَحْيَى - قَالاَ أَخْبَرَنَا
جَرِيرٌ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ هِلاَلٍ، عَنْ فَرْوَةَ بْنِ نَوْفَلٍ الأَشْجَعِيِّ، قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ عَمَّا كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَدْعُو بِهِ اللَّهَ قَالَتْ كَانَ يَقُولُ " اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ
شَرِّ مَا عَمِلْتُ وَمِنْ شَرِّ مَا لَمْ أَعْمَلْ " .
Terjemahan
Abu Musa Asy'ari melaporkan tentang otoritas ayahnya yang biasa didoakan oleh Rasul Allah (صلى الله عليه وسلم) untuk memohon dalam kata-kata ini
"Ya Allah, ampunilah kesalahanku, ketidaktahuanku, ketidaksopananku dalam kekhawatiranku. Dan Engkau lebih sadar (tentang urusanku) daripada diriku sendiri. Ya Allah, berikanlah aku pengampunan (atas kesalahan-kesalahan yang aku lakukan) dengan serius atau sebaliknya (dan yang aku lakukan secara tidak sengaja dan dengan sengaja. Semua ini (kegagalan) ada di dalam diriku. Ya Allah, berikanlah aku ampun dari kesalahan yang aku lakukan dengan tergesa-gesa atau ditangguhkan, yang aku lakukan secara pribadi atau di depan umum dan Engkau lebih menyadari (mereka) daripada diriku sendiri. Engkau adalah Yang Pertama dan Yang Terakhir dan di atas segala sesuatu Engkau Mahakuasa."