"Jika tidak terlalu sulit bagi umat saya, saya akan memerintahkan mereka untuk menggunakan Siwak pada (waktu) setiap Salah."
Keutamaan Siwak dalam Penyucian Islam
Hadis mulia ini dari Sunan an-Nasa'i (7) menunjukkan pentingnya mendalam yang ditempatkan Nabi Muhammad ﷺ pada kebersihan mulut sebagai aspek integral dari penyucian Islam (taharah). Siwak, ranting pembersih gigi dari pohon Arak, memiliki keutamaan luar biasa dalam tradisi kita.
Komentar Ulama tentang Hadis
Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa narasi ini menunjukkan Siwak adalah praktik yang sangat dianjurkan (sunnah mu'akkadah), terutama sebelum shalat. Keraguan Nabi ﷺ untuk menjadikannya wajib berasal dari belas kasih ilahi-Nya, mengetahui kesulitan potensial yang mungkin dialami beberapa orang beriman.
Ibn Daqeeq al-'Eed mencatat bahwa frasa "di setiap Shalat" mencakup lima shalat harian dan shalat sunnah tambahan, menekankan sifat komprehensif dari praktik penyucian ini dalam kehidupan spiritual seorang Muslim.
Hikmah di Balik Siwak
Al-Qurtubi menjelaskan bahwa menggunakan Siwak membersihkan mulut, menyenangkan Allah, mencerahkan mata, menguatkan gusi, menghilangkan dahak, menyegarkan napas, membantu pencernaan, dan mengikuti Sunnah. Ini mewakili kebersihan fisik dan persiapan spiritual untuk menghadap Ilahi.
Para ulama fiqh telah merinci banyak kesempatan ketika Siwak sangat dianjurkan: saat bangun tidur, sebelum wudhu, sebelum shalat, saat membaca Al-Qur'an, saat napas berubah, dan saat memasuki rumah.
Implementasi Praktis
Meskipun tidak wajib, praktik Siwak yang konsisten menunjukkan komitmen seorang Muslim terhadap kemurnian fisik dan keunggulan spiritual. Sikat gigi modern melayani tujuan esensial yang sama ketika Siwak tidak tersedia, meskipun Sunnah spesifik Siwak membawa pahala tambahan ketika dipraktikkan dengan niat yang benar.