أَخْبَرَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ مَسْعُودٍ، قَالَ حَدَّثَنَا خَالِدٌ، عَنْ حُسَيْنٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، أَنَّ رَجُلاً، أَتَى النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ إِنِّي فَقِيرٌ لَيْسَ لِي شَىْءٌ وَلِي يَتِيمٌ‏.‏ قَالَ ‏"‏ كُلْ مِنْ مَالِ يَتِيمِكَ غَيْرَ مُسْرِفٍ وَلاَ مُبَاذِرٍ وَلاَ مُتَأَثِّلٍ ‏"‏‏.‏
Salin
Disebutkan bahwa Ibnu Abbas berkata

Dan apabila diturunkan ayat-ayat ini: “Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim itu, melainkan untuk memperbaikinya” dan “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim dengan tidak adil”, maka manusia menghindari harta dan makanan anak-anak yatim. Itu menyebabkan kesulitan bagi umat Islam dan mereka mengeluh tentang hal itu kepada Nabi. Kemudian Allah turunkan: “Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim. Katakanlah: “Yang terbaik adalah bekerja dengan jujur di harta mereka, dan jika kamu mencampurkan urusanmu dengan urusan mereka, maka mereka adalah saudaramu. Dan Allah mengetahui siapa yang bermaksud jahat (misalnya menelan harta benda mereka) dari orang yang bermaksud baik (misalnya untuk menyelamatkan harta benda mereka). Dan jika Allah menghendaki, niscaya Dia akan menempatkan kamu dalam kesulitan.”