“Ilaha Allah swahdahu adalah syariah lahu, lahulmulku, wa lahul-hamdu, dan Huwa 'ala kulli shai'in Qadir. Dia adalah orang yang suka berbuat demikian. Ilaha Allah, yang akan menjadi milik Iyahu, Lahun-Ni'matu, wa lahul-fadlu, dan lahuth-thana'ul-hasan. La ilaha ilallahu, mukhlisina, lahud-dina, wa lau karihal-kafirun (tidak ada tuhan yang benar selain Allah; Dia adalah Satu. Kepunya-Nyalah kekuasaan dan kepunyaan-Nya-lah segala pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada kekuatan dan kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah. Tidak ada Tuhan selain Allah dan kami tidak menyembah selain Dia, kepunyaan-Nyalah karunia dan kepunyaan-Nya-lah karunia dan kepunyaan-Nyalah segala pujian yang baik. Tidak ada tuhan selain Allah. Kami hanya menyisihkan pengabdian kami kepada-Nya meskipun orang-orang yang kafir membencinya.” Ibnu Az-Zubair berkata: Rasulullah (ﷺ) biasa merayakan Kebesaran Allah dalam istilah-istilah itu setelah setiap shalat (shalat). [Muslim].