حدثني مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، قَالا: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، قَالَ: سَمِعْتُ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ يَزِيدَ، يُحَدِّثُ عَنِ الأَسْوَدِ بْنِ يَزِيدَ، عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّهَا قَالَتْ: مَا شَبِعَ آلُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم مِنْ خُبْزِ الشَّعِيرِ يَوْمَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ حَتَّى قُبِضَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم.
Terjemahan
Sahl ibn Sa'd berkata bahwa dia ditanya
“Apakah Rasulullah (Allah memberkatinya dan memberinya kedamaian) makan tepung terigu yang paling enak, artinya roti putih?” Sahl berkata: “Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- tidak melihat tepung terigu sampai dia bertemu dengan Allah.” Kemudian dia ditanya: “Apakah kamu memiliki saringan pada waktu Rasulullah -Allah memberkatinya dan memberinya damai?” Dia berkata: “Kami tidak memiliki saringan.” Dia ditanya: “Bagaimana Anda memperlakukan jelai?” Dia berkata: “Kami biasa meniupkannya, jadi apa pun yang terbang akan terbang darinya, dan kemudian kami akan meremasnya.”