حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ، وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ الْمُبَارَكِ، قَالاَ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، عَنْ سِمَاكِ بْنِ عَطِيَّةَ، ح وَحَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ، جَمِيعًا عَنْ أَيُّوبَ، عَنْ أَبِي قِلاَبَةَ، عَنْ أَنَسٍ، قَالَ أُمِرَ بِلاَلٌ أَنْ يَشْفَعَ، الأَذَانَ وَيُوتِرَ الإِقَامَةَ . زَادَ حَمَّادٌ فِي حَدِيثِهِ إِلاَّ الإِقَامَةَ .
Terjemahan
Narasi Abdullah bin Umar
Kata-kata adzan diucapkan sejak zaman Rasulullah (ﷺ) dua kali berpasangan (yaitu empat kali) masing-masing, dan kata-kata iqamah diucapkan satu kali berpasangan (masing-masing dua kali), kecuali bahwa frasa “Waktunya shalat telah tiba” akan diucapkan dua kali. Ketika kami mendengar aqamah, kami akan melakukan wudhu, dan keluar untuk shalat. Syu'bah berkata: “Aku tidak mendengar Abuja'far menceritakan tradisi lain kecuali yang satu ini.