حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ يَزِيدَ قَالَ: حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ أَبِي أَيُّوبَ قَالَ: حَدَّثَنِي بَكْرُ بْنُ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي عُثْمَانَ مُسْلِمِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: مَنْ تَقَوَّلَ عَلَيَّ مَا لَمْ أَقُلْ، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ وَمَنِ اسْتَشَارَهُ أَخُوهُ الْمُسْلِمُ، فَأَشَارَ عَلَيْهِ بِغَيْرِ رُشْدٍ فَقَدْ خَانَهُ وَمَنْ أُفْتِيَ فُتْيَا بِغَيْرِ ثَبْتٍ، فَإِثْمُهُ عَلَى مَنْ أَفْتَاهُ.
Terjemahan
Abu Huraira melaporkan bahwa Nabi, semoga Allah memberkati dia dan memberinya kedamaian, berkata, “Barangsiapa mengaitkan kata-kata kepadaku yang tidak aku ucapkan harus duduk di neraka. Barangsiapa yang memberikan nasihat yang sesat kepada saudaranya yang Muslim ketika mereka berkonsultasi dengannya, maka ia telah mengkhianati mereka. Barangsiapa memberi fatwa yang tidak tegas, maka tindakan yang salah itu terletak pada orang yang memberi fatwa.”