حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مِنْهَالٍ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ أَيُّوبَ، وَحَبِيبٍ، وَهِشَامٍ، عَنْ مُحَمَّدٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ‏:‏ لاَ يَقُولَنَّ أَحَدُكُمْ‏:‏ عَبْدِي وَأَمَتِي، وَلاَ يَقُولَنَّ الْمَمْلُوكُ‏:‏ رَبِّي وَرَبَّتِي، وَلْيَقُلْ‏:‏ فَتَايَ وَفَتَاتِي، وَسَيِّدِي وَسَيِّدَتِي، كُلُّكُمْ مَمْلُوكُونَ، وَالرَّبُّ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ‏.‏
Terjemahan

Abu Huraira melaporkan bahwa Nabi, semoga Allah memberkati dia dan memberinya kedamaian, berkata, “Tidak seorang pun dari kalian boleh mengatakan 'hamba saya ('abdi atau amati) 'dan seorang budak tidak boleh berkata, 'Tuanku (rabi atau rabbati)'. Mereka harus mengatakan, 'anak laki-laki' atau 'gadisku '(fatayi dan fatati) dan 'tuanku' atau 'nyonya' (sayyidi dan sayyidati) '. Kalian semua adalah hamba-hamba, dan Tuhan adalah Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Tinggi.”