حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى، أَخْبَرَنَا عِيسَى، عَنْ هِشَامٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ ـ رضى الله عنها ـ قَالَتْ سُحِرَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم‏.‏ وَقَالَ اللَّيْثُ كَتَبَ إِلَىَّ هِشَامٌ أَنَّهُ سَمِعَهُ وَوَعَاهُ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ سُحِرَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم حَتَّى كَانَ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهُ يَفْعَلُ الشَّىْءَ وَمَا يَفْعَلُهُ، حَتَّى كَانَ ذَاتَ يَوْمٍ دَعَا وَدَعَا، ثُمَّ قَالَ ‏"‏ أَشَعَرْتِ أَنَّ اللَّهَ أَفْتَانِي فِيمَا فِيهِ شِفَائِي أَتَانِي رَجُلاَنِ، فَقَعَدَ أَحَدُهُمَا عِنْدَ رَأْسِي وَالآخَرُ عِنْدَ رِجْلَىَّ، فَقَالَ أَحَدُهُمَا لِلآخَرِ مَا وَجَعُ الرَّجُلِ قَالَ مَطْبُوبٌ‏.‏ قَالَ وَمَنْ طَبَّهُ قَالَ لَبِيدُ بْنُ الأَعْصَمِ‏.‏ قَالَ فِي مَاذَا قَالَ فِي مُشُطٍ وَمُشَاقَةٍ وَجُفِّ طَلْعَةٍ ذَكَرٍ‏.‏ قَالَ فَأَيْنَ هُوَ قَالَ فِي بِئْرِ ذَرْوَانَ ‏"‏‏.‏ فَخَرَجَ إِلَيْهَا النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ثُمَّ رَجَعَ فَقَالَ لِعَائِشَةَ حِينَ رَجَعَ ‏"‏ نَخْلُهَا كَأَنَّهَا رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ ‏"‏‏.‏ فَقُلْتُ اسْتَخْرَجْتَهُ فَقَالَ ‏"‏ لاَ أَمَّا أَنَا فَقَدْ شَفَانِي اللَّهُ، وَخَشِيتُ أَنْ يُثِيرَ ذَلِكَ عَلَى النَّاسِ شَرًّا، ثُمَّ دُفِنَتِ الْبِئْرُ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Narasi Abu Huraira

Rasulullah SAW (ﷺ) berkata, “Selama kamu tidur, Setan mengikat tiga simpul di belakang kepala kalian masing-masing, dan dia menghembuskan kata-kata berikut di setiap simpul, 'Malam panjang, jadi teruslah tidur, 'Jika orang itu bangun dan merayakan pujian Allah, maka satu simpul dibatalkan, dan ketika dia melakukan wudhu, simpul kedua dibatalkan, dan ketika dia berdoa, semua simpul itu dibatalkan. dibatalkan, dan dia bangun di pagi hari dengan semangat dan dengan semangat yang baik, jika tidak dia bangun dengan semangat rendah dan lesu.”

Comment

Eksposisi Hadis

Hadis mulia ini dari Sahih al-Bukhari (3269) mengungkapkan realitas spiritual yang mendalam mengenai perjuangan malam hari seorang mukmin melawan bisikan setan dan kekuatan transformatif dari amal ibadah yang ditetapkan.

Sifat Simpulan Setan

"Tiga simpulan" mewakili hambatan spiritual yang ditempatkan oleh setan untuk menimbulkan kelesuan spiritual. Ini bukan simpulan fisik melainkan penghalang metafisik yang mengaburkan persepsi hati dan melemahkan tekad untuk beribadah.

Strategi setan menggunakan persuasi bertahap - pertama menyarankan malam panjang, kemudian menekankan kenyamanan, akhirnya mengarah pada pengabaian total shalat tahajjud dan fajr.

Pelepasan Berurutan

Pelepasan simpulan pertama melalui zikir kepada Allah menunjukkan bahwa kebangkitan spiritual dimulai dengan kesadaran akan Yang Ilahi. Dhikr mengarahkan kembali hati dari keterikatan duniawi ke realitas surgawi.

Pelepasan simpulan kedua melalui wudu menandakan pemurnian fisik sebagai prasyarat untuk peningkatan spiritual. Wudu mewakili transisi dari ketidaksucian tidur ke kesucian shalat.

Pembubaran akhir melalui shalat menyempurnakan pendakian spiritual. Shalat mewakili hubungan tertinggi dengan Allah, memutus semua pengaruh setan yang tersisa.

Konsekuensi Spiritual

"Hidup dan dalam semangat baik" menunjukkan bukan hanya kewaspadaan fisik tetapi penerangan spiritual - hati menjadi reseptif terhadap berkah ilahi sepanjang hari.

"Semangat rendah dan lesu" menggambarkan keterpencilan spiritual di mana jiwa tetap tertawan oleh keinginan rendah, kehilangan cahaya dan bimbingan ilahi.

Panduan Praktis

Hadis ini dari Awal Penciptaan menetapkan protokol spiritual: zikir segera setelah bangun, pemurnian cepat, dan shalat tepat waktu. Urutan ini mengubah potensi kekalahan spiritual menjadi kebangkitan yang penuh kemenangan.

Kebijaksanaannya terletak pada mengakui tidur sebagai kematian kecil dan kebangkitan sebagai kebangkitan - sehingga memerlukan persiapan spiritual yang tepat untuk menghadapi setiap hari baru dalam pengabdian kepada Allah.