Nabi (ﷺ) berkata, “Jibril berkata kepadaku, 'Barangsiapa di antara pengikutmu mati tanpa menyembah selain Allah, akan masuk surga (atau tidak akan masuk neraka (neraka) (neraka).” Nabi (ﷺ) bertanya. “Bahkan jika dia telah melakukan hubungan seksual ilegal atau pencurian?” Dia menjawab, “Bahkan saat itu.”
Awal Penciptaan - Sahih al-Bukhari 3222
Nabi (ﷺ) bersabda, "Jibril berkata kepadaku, 'Siapa pun di antara pengikutmu yang mati tanpa menyembah selain Allah, akan masuk Surga (atau tidak akan masuk Neraka).'" Nabi (ﷺ) bertanya. "Bahkan jika dia telah melakukan zina atau pencurian?" Dia menjawab, "Bahkan begitu."
Komentar tentang Rahmat Ilahi
Hadis yang mendalam ini menegaskan keutamaan tauhid (monoteisme) dalam teologi Islam. Pertanyaan Nabi menunjukkan kepeduliannya terhadap umatnya, mencari kejelasan tentang nasib mereka yang melakukan dosa besar sambil mempertahankan keyakinan yang benar.
Tanggapan dari Jibril mengonfirmasi bahwa meskipun dosa besar adalah pelanggaran serius yang memerlukan pertobatan, mereka tidak selalu membatalkan Islam seseorang atau mengutuknya ke hukuman abadi jika fondasi tauhid tetap utuh. Ini mencerminkan rahmat Allah yang luas dan prinsip bahwa dosa antara hamba dan Allah dapat diampuni melalui pertobatan atau rahmat ilahi.
Interpretasi Ulama
Ulama klasik menjelaskan bahwa hadis ini merujuk pada mereka yang mati dalam keadaan tauhid tanpa bertobat dari dosa besar. Nasib akhir mereka bergantung pada kehendak Allah - Dia mungkin mengampuni mereka sepenuhnya, menghukum mereka sementara di Neraka kemudian memasukkannya ke Surga, atau memaafkan mereka melalui rahmat-Nya yang tak terbatas.
Riwayat ini tidak meminimalkan keseriusan dosa besar, tetapi justru menekankan bahwa mempertahankan keyakinan yang benar adalah kondisi fundamental untuk keselamatan akhir. Para ulama memperingatkan bahwa ini tidak boleh menyebabkan kecerobohan terhadap dosa, karena iman sejati memerlukan usaha untuk menaati Allah dan menghindari apa yang Dia larang.