حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ، أَخْبَرَنَا مَخْلَدٌ، أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ أُمَيَّةَ، أَنَّ نَافِعًا، حَدَّثَهُ أَنَّ الْقَاسِمَ بْنَ مُحَمَّدٍ حَدَّثَهُ عَنْ عَائِشَةَ ـ رضى الله عنها ـ قَالَتْ حَشَوْتُ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وِسَادَةً فِيهَا تَمَاثِيلُ كَأَنَّهَا نُمْرُقَةٌ، فَجَاءَ فَقَامَ بَيْنَ الْبَابَيْنِ وَجَعَلَ يَتَغَيَّرُ وَجْهُهُ، فَقُلْتُ مَا لَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ‏.‏ قَالَ ‏"‏ مَا بَالُ هَذِهِ الْوِسَادَةِ ‏"‏‏.‏ قَالَتْ وِسَادَةٌ جَعَلْتُهَا لَكَ لِتَضْطَجِعَ عَلَيْهَا‏.‏ قَالَ ‏"‏ أَمَا عَلِمْتِ أَنَّ الْمَلاَئِكَةَ لاَ تَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ صُورَةٌ، وَأَنَّ مَنْ صَنَعَ الصُّورَةَ يُعَذَّبُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ أَحْيُوا مَا خَلَقْتُمْ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Narasi dari 'Abdullah

Mengenai ayat: “Sesungguhnya dia (Muhammad) telah melihat. dari ayat-ayat Tuhannya, Yang Maha Besar.” (53.18) Bahwa Nabi (ﷺ) telah melihat karpet hijau tersebar di seluruh cakrawala langit.

Comment

Awal Penciptaan - Sahih al-Bukhari 3233

Mengenai Ayat: "Sesungguhnya dia (Muhammad) telah melihat. Dari Tanda-tanda Tuhannya, Yang Terbesar!" (53:18) Bahwa Nabi (ﷺ) telah melihat karpet hijau terbentang di seluruh cakrawala langit.

Komentar tentang Penglihatan

Riwayat ini dari Sahih al-Bukhari berkaitan dengan penglihatan ajaib Nabi selama Perjalanan Malam (Isra' wal-Mi'raj). "Karpet hijau" merujuk pada hamparan surgawi Surga yang terwujud di hadapannya. Warna hijau melambangkan kehidupan abadi, kesegaran, dan berkah Surga, seperti yang disebutkan dalam banyak deskripsi Quran tentang Akhirat.

Para ulama menjelaskan bahwa penglihatan ini adalah salah satu tanda terbesar (ayat) yang ditunjukkan kepada Nabi (ﷺ) untuk menguatkan hatinya dan mengonfirmasi kebenaran pesannya. Karpet yang menutupi cakrawala menunjukkan keluasan dan keagungan ciptaan Allah, menunjukkan kekuatan ilahi di luar pemahaman manusia.

Interpretasi Ilmiah

Ibn Hajar al-Asqalani berkomentar dalam Fath al-Bari bahwa karpet hijau ini adalah karpet literal Surga atau representasi simbolis dari taman-tamannya yang subur. Al-Qurtubi mencatat bahwa penglihatan seperti itu diberikan kepada Nabi untuk menetapkan kepastian tentang dunia gaib.

Spesifikasi warna "hijau" memiliki signifikansi karena mewakili pertumbuhan, kehidupan, dan ketenangan dalam tradisi Islam, yang bertentangan dengan sifat sementara warna duniawi. Penglihatan ini berfungsi sebagai penghiburan spiritual dan bukti definitif kebenaran kenabian.