حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ نَافِعٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ ـ رضى الله عنهما ـ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏"‏ إِذَا مَاتَ أَحَدُكُمْ فَإِنَّهُ يُعْرَضُ عَلَيْهِ مَقْعَدُهُ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ، فَإِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَمِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَإِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَمِنْ أَهْلِ النَّارِ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Narasi Abu Huraira

Rasulullah SAW (ﷺ) berkata, “Allah berfirman, “Aku telah menyiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh hal-hal yang tidak pernah dilihat oleh mata, atau didengar oleh telinga, atau dibayangkan oleh manusia.” Jika kamu mau, kamu dapat membaca ayat ini dari Al-Qur'an: “Tidak ada orang yang mengetahui apa yang disembunyikan bagi mereka, sukacita sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS 32,17)

Comment

Awal Penciptaan - Sahih al-Bukhari 3244

Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Allah berfirman, 'Aku telah menyiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh hal-hal yang belum pernah dilihat oleh mata, atau didengar oleh telinga, atau dibayangkan oleh manusia.' Jika kamu menghendaki, kamu dapat membaca Ayat ini dari Al-Qur'an Suci: 'Tidak ada jiwa yang mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, berupa kegembiraan sebagai balasan atas apa yang mereka kerjakan.' (32:17)"

Komentar tentang Janji Ilahi

Hadis qudsi yang suci ini mengungkapkan besarnya balasan ilahi yang tak terbayangkan yang menanti orang-orang beriman yang saleh di Surga. Nabi Muhammad (ﷺ) menyampaikan ucapan langsung Allah, menekankan transendensi mutlak dari berkah surgawi.

Formulasi "belum pernah dilihat oleh mata, atau didengar oleh telinga, atau dibayangkan oleh manusia" menunjukkan ketidakcukupan total pengalaman duniawi untuk memahami realitas surgawi. Fakultas manusia, terbatas oleh keberadaan temporal, tidak dapat memahami kenikmatan abadi yang disiapkan untuk muttaqeen (orang-orang yang sadar akan Tuhan).

Koroborasi Qur'an

Referensi Nabi kepada Surah As-Sajdah, ayat 17 menetapkan harmoni sempurna antara wahyu ilahi (Qur'an) dan tradisi kenabian (Sunnah). Ayat ini mengonfirmasi bahwa pengetahuan tentang balasan tersembunyi ini hanya milik Allah, memperkuat tema transendensi ilahi dan keterbatasan pemahaman manusia.

Implikasi Spiritual

Narasi ini berfungsi sebagai motivasi mendalam untuk perjuangan spiritual (mujahadah). Sifat tidak terbatas dari balasan yang dijanjikan merangsang imajinasi orang beriman sambil mempertahankan batasan teologis yang tepat - kita mengetahui keunggulannya tanpa mengklaim pemahaman tentang esensinya.

Frasa kondisional "Jika kamu menghendaki" menunjukkan kebijaksanaan pedagogis Nabi, memungkinkan sahabat untuk secara sukarela menghubungkan hadis dengan padanannya dalam Qur'an, sehingga memperdalam pemahaman mereka melalui keterlibatan aktif dengan wahyu.