Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Jika seseorang memelihara seekor anjing bukan untuk menjaga ternak, atau untuk berburu, amal baiknya akan berkurang (sebagai pahala) dua Qirat sehari.'
Teks dan Konteks Hadis
Hadis mulia dari Sahih al-Bukhari 5482 menyatakan: "Jika seseorang memelihara anjing bukan untuk menjaga ternak, maupun untuk berburu, amal baiknya akan berkurang (dalam pahala) sebanyak dua Qirat sehari." Pengajaran ini terdapat dalam bab Berburu dan Menyembelih dalam koleksi penting Imam al-Bukhari.
Makna Qirat
Qirat mewakili ukuran pahala yang substansial dalam tradisi Islam. Para ulama menjelaskan bahwa dua Qirat setara dengan gunung seperti Uhud dalam besarnya amal baik. Pengurangan yang parah ini menekankan beratnya memelihara anjing tanpa kebutuhan yang sah dalam hukum Islam.
Pengecualian yang Diperbolehkan
Nabi (ﷺ) secara eksplisit mengecualikan dua kategori: anjing pemburu dan anjing penjaga ternak. Ulama kemudian memperluas ini untuk mencakup anjing keamanan, anjing polisi, dan anjing layanan untuk tunanetra atau disabilitas, mengakui kebutuhan sah serupa dalam konteks kontemporer.
Hikmah di Balik Larangan
Para ulama menyebutkan beberapa hikmah: mencegah bahaya dari air liur anjing dan najis, menghindari gangguan pada malaikat yang tidak menyukai anjing, mencegah peniruan praktik non-Muslim, dan mencegah keterikatan pada hewan daripada hubungan manusia. Keputusan ini bertujuan untuk menjaga kemurnian spiritual dan harmoni sosial.
Aplikasi Praktis
Hadis ini tidak mewajibkan untuk segera menyingkirkan hewan peliharaan yang ada, tetapi mendorong untuk secara bertahap menemukan pengaturan alternatif. Bagi mereka yang memiliki kebutuhan sah, etika Islam yang tepat harus diikuti, termasuk menjaga anjing di luar area hunian dan menyucikan wadah yang terkontaminasi.