حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ صَبَّاحٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَابِقٍ، حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ مِغْوَلٍ، قَالَ سَمِعْتُ الْوَلِيدَ بْنَ الْعَيْزَارِ، ذَكَرَ عَنْ أَبِي عَمْرٍو الشَّيْبَانِيِّ، قَالَ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ ـ رضى الله عنه ـ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ قَالَ ‏"‏ الصَّلاَةُ عَلَى مِيقَاتِهَا ‏"‏‏.‏ قُلْتُ ثُمَّ أَىٌّ‏.‏ قَالَ ‏"‏ ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ ‏"‏‏.‏ قُلْتُ ثُمَّ أَىٌّ قَالَ ‏"‏ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ‏"‏‏.‏ فَسَكَتُّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَلَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي‏.‏
Salin
Narasi Abu Huraira

Seorang pria datang kepada Rasulullah (ﷺ) dan berkata, “Ajarkanlah aku tentang perbuatan yang sama dengan jihad (sebagai pahala).” Dia menjawab, “Saya tidak menemukan perbuatan seperti itu.” Kemudian dia menambahkan, “Dapatkah kamu, sementara pejuang Muslim berada di medan perang, masuk ke masjidmu untuk melakukan shalat tanpa henti dan berpuasa dan tidak pernah membatalkan puasamu?” Pria itu berkata, “Tapi siapa yang bisa melakukan itu?” Abu Huraira menambahkan, “Mujahid (yaitu pejuang Muslim) dihargai bahkan untuk langkah kudanya saat mengembara (untuk merumput) diikat dengan tali panjang.”