Sebuah gelas (penuh susu atau air) dibawa kepada Nabi (ﷺ) yang meminumnya, sementara di sisi kanannya duduk seorang anak laki-laki yang merupakan anak bungsu dari mereka yang hadir dan di sisi kirinya ada orang tua. Nabi (ﷺ) bertanya, “Wahai anak laki-laki, maukah Anda mengizinkan saya untuk memberikannya (yaitu sisa minuman) kepada orang-orang tua?” Anak itu berkata, “Wahai Rasulullah (ﷺ)! Aku tidak akan lebih suka kepada siapa pun daripada aku untuk minum sisanya yang telah kamu minum.” Maka, Nabi (ﷺ) memberikannya kepadanya.
Distribusi Air - Sahih al-Bukhari 2351
Sebuah gelas (penuh dengan susu atau air) dibawa kepada Nabi (ﷺ) yang meminumnya, sementara di sisi kanannya duduk seorang anak laki-laki yang termuda dari yang hadir dan di sisi kirinya ada orang-orang tua. Nabi (ﷺ) bertanya, "Wahai anak, apakah engkau mengizinkanku untuk memberikannya (sisa minuman) kepada orang-orang tua?" Anak itu berkata, "Wahai Utusan Allah (ﷺ)! Aku tidak akan memberikan prioritas kepada siapa pun di atasku untuk meminum sisanya dari yang telah engkau minum." Maka, Nabi (ﷺ) memberikannya kepadanya.
Komentar Ilmiah
Hadis mulia ini dari Sahih al-Bukhari menunjukkan kebijaksanaan yang mendalam dan tata krama yang halus dari Nabi Muhammad (ﷺ) dalam mengajarkan sahabat-sahabatnya melalui contoh praktis. Nabi, meskipun statusnya tinggi, berkonsultasi dengan anak laki-laki muda tentang distribusi sisa minuman, mengajarkan kita pentingnya menghormati hak dan perasaan orang lain terlepas dari usia atau status mereka.
Tanggapan anak itu, meskipun tampaknya berani, diterima oleh Nabi karena didasarkan pada hak yang sah - hak kedekatan dan berkah minum dari bejana yang sama dengan Nabi. Ini mengajarkan kita bahwa hak dalam Islam adalah suci dan harus dihormati, bahkan ketika tampak bertentangan dengan etiket konvensional terhadap orang yang lebih tua.
Para ulama mencatat bahwa insiden ini menetapkan beberapa prinsip penting: keabsahan minum dari bejana yang sama setelah orang lain, pentingnya menghormati hak orang yang duduk di sisi kanan seseorang, dan validitas klaim anak ketika didasarkan pada hak yang sah. Tindakan Nabi di sini menunjukkan bahwa etiket Islam menyeimbangkan antara menghormati orang yang lebih tua dan menegakkan hak yang telah ditetapkan.
Implikasi Hukum dan Etika
Hadis ini menggambarkan bahwa hak orang yang duduk di sisi kanan seseorang didahulukan dalam distribusi, bahkan jika mereka lebih muda. Prinsip ini meluas ke berbagai situasi di mana sumber daya didistribusikan di antara suatu kelompok.
Konsultasi Nabi dengan anak laki-laki itu mengajarkan kita pentingnya meminta izin dan persetujuan, bahkan dari mereka yang mungkin dianggap junior atau bawahan. Ini mencerminkan penekanan Islam pada martabat manusia dan otonomi pribadi.
Selanjutnya, insiden ini menunjukkan bahwa berkah (barakah) dicari melalui hubungan dengan orang-orang saleh dan sisa-sisa mereka, yang menjelaskan keinginan anak laki-laki itu untuk minum dari bejana yang sama dengan Nabi.