Saya bertanya kepada Ibnu 'Umar, "Apa pendapat Anda tentang dua rakat sebelum shalat Subuh (wajib), tentang memperpanjang bacaan di dalamnya?" Beliau berkata, "Nabi (صلى الله عليه وسلم) biasa shalat pada malam hari dua rakat diikuti dengan dua dan seterusnya, dan mengakhiri shalat dengan satu rakaat witir. Dia biasa mempersembahkan dua rakat sebelum shalat Subuh segera setelah Adzan." (Hammad, sub-narator berkata, "Itu berarti (dia berdoa) dengan cepat.)"
Komentar tentang Sholat Witir
Narasi ini dari Sahih al-Bukhari 995, yang disampaikan melalui sahabat terhormat Abdullah ibn Umar, memberikan wawasan mendalam tentang praktik sholat malam Nabi. Sholat Witir, sebagai sholat terakhir malam, memiliki makna khusus dalam ibadah Islam karena mengakhiri pengabdian malam seseorang.
Pola Sholat Malam Nabi
Rasulullah (ﷺ) biasa sholat dua rakaat sekaligus sepanjang malam, menunjukkan metode yang disarankan untuk melakukan sholat malam sunnah secara berpasangan. Pola ini mempertahankan sunnah sholat dalam unit dua rakaat, yang melestarikan struktur sholat yang benar.
Hikmah di balik mengakhiri dengan satu rakaat Witir menandakan penyelesaian sholat malam dengan angka ganjil, karena nama "Witir" sendiri berarti "ganjil." Ini mengikuti perintah ilahi untuk membuat sholat malam berjumlah ganjil, seperti yang disebutkan dalam berbagai tradisi otentik.
Dua Rakaat Sebelum Subuh
Dua rakaat sebelum Subuh, yang dikenal sebagai Sunnat al-Fajr, ditawarkan oleh Nabi segera setelah Adzan, seperti yang ditunjukkan oleh klarifikasi Hammad bahwa ini berarti sholat dengan cepat. Ini menunjukkan urgensi dan pentingnya melakukan dua rakaat ini antara Adzan Subuh dan Iqamah.
Para ulama mencatat bahwa meskipun bacaan dalam sholat malam dapat diperpanjang, dua rakaat sebelum Subuh ini harus dipersingkat untuk memastikan mereka selesai sebelum sholat Subuh wajib dimulai. Panduan praktis ini memastikan umat Islam dapat memenuhi sholat sunnah dan wajib dengan benar.
Keputusan Hukum dan Rekomendasi
Sholat Witir dianggap sebagai sunnah mu'akkadah (sunnah yang ditekankan) berdasarkan konsensus ulama. Meskipun diperbolehkan sholat Witir sebagai tiga rakaat dengan satu tasleem, metode yang dijelaskan di sini—sholat dua rakaat diikuti satu—adalah yang paling disukai menurut mayoritas ulama.
Dua rakaat sebelum Subuh adalah di antara sholat sunnah yang paling ditekankan, dengan Nabi tidak pernah mengabaikannya bahkan saat bepergian. Mereka membawa pahala yang besar dan harus dibuat singkat dalam bacaan untuk membedakannya dari sholat malam dan untuk memastikan penyelesaiannya sebelum sholat Subuh dimulai.