حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ، قَالَ أَخْبَرَنِي نَافِعٌ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ ـ رضى الله عنهما أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم عَرَضَهُ يَوْمَ أُحُدٍ وَهْوَ ابْنُ أَرْبَعَ عَشْرَةَ فَلَمْ يُجِزْهُ، وَعَرَضَهُ يَوْمَ الْخَنْدَقِ وَهْوَ ابْنُ خَمْسَ عَشْرَةَ فَأَجَازَهُ‏.‏
Salin
Narasi Jabir bin Abdullah

Ketika parit digali, saya melihat Nabi (ﷺ) dalam keadaan lapar parah. Maka aku kembali kepada istriku dan berkata, “Apakah kamu punya sesuatu (untuk dimakan), karena aku telah melihat Rasulullah (ﷺ) dalam keadaan lapar yang parah.” Dia membawa untuk saya, sebuah tas berisi satu Sa jelai, dan kami memiliki hewan peliharaan dia (yaitu seorang anak kecil) yang saya sembelih saat itu, dan istri saya menggiling jelai dan dia selesai pada saat saya menyelesaikan pekerjaan saya (yaitu menyembelih anak itu). Kemudian saya memotong daging menjadi potongan-potongan dan memasukkannya ke dalam panci tembikar (memasak), dan kembali kepada Rasulullah (ﷺ). Istriku berkata, “Janganlah kamu mempermalukan aku di hadapan Rasul Allah dan orang-orang yang bersamanya.” Jadi saya pergi kepadanya dan berkata kepadanya secara diam-diam, “Wahai Rasulullah (ﷺ)! Aku telah menyembelih seekor binatang betina (yaitu anak) dari kami, dan kami telah menggiling satu Sa jelai yang bersama kami. Jadi tolong datanglah, kamu dan orang lain bersamamu.” Nabi (ﷺ) mengangkat suaranya dan berkata, “Wahai kaum Parit! Jabir sudah menyiapkan makanan jadi mari kita pergi.” Rasulullah SAW (ﷺ) berkata kepadaku, “Jangan meletakkan panci daging gerabahmu (dari perapian) atau memanggang adonan sampai aku datang.” Maka saya datang (ke rumah saya) dan Rasulullah (ﷺ) juga datang, berjalan di hadapan manusia. Ketika aku datang kepada istriku, dia berkata, “Semoga Allah berbuat begini kepadamu.” Saya berkata, “Saya telah memberi tahu Nabi (ﷺ) tentang apa yang Anda katakan.” Kemudian dia mengeluarkan adonan kepadanya (yaitu Nabi (ﷺ), dan dia meludahkannya dan memohon berkah Allah di dalamnya. Kemudian dia berjalan menuju panci daging gerabah kami dan meludahi di dalamnya dan memohon nikmat Allah di dalamnya. Kemudian dia berkata (kepada istriku). Panggil seorang wanita tukang roti untuk memanggang bersama Anda dan terus mengambil sendok dari panci daging gerabah Anda, dan jangan meletakkannya dari perapian.” Mereka beribu-ribu (yang makan), dan demi Allah mereka makan, dan ketika mereka meninggalkan makanan itu dan pergi, panci tembikar kami masih menggelegak (penuh daging) seolah-olah tidak berkurang, dan adonan kami masih dipanggang seolah-olah tidak ada yang diambil darinya.