حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا هِشَامٌ، أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنِ ابْنِ الْمُسَيَّبِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ـ رضى الله عنه ـ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏"‏ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ، إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي، وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، وَلَخَلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Narasi Abu Huraira

Rasulullah SAW bersabda: “(Allah berfirman), “Setiap kebaikan anak Adam adalah baginya kecuali puasa; itu adalah untukku. Dan aku akan membalasnya (orang yang berpuasa).” ﷺ Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih baik bagi Allah daripada bau kesturi.

Comment

Teks dan Konteks Hadis

Nabi (ﷺ) bersabda, "(Allah berfirman), 'Setiap amal baik anak Adam adalah untuknya kecuali puasa; itu untuk-Ku. dan Aku akan memberi pahala (orang yang berpuasa) untuknya.' Sesungguhnya, bau mulut orang yang berpuasa lebih baik bagi Allah daripada bau misk." (Sahih al-Bukhari 5927)

Atribusi Ilahi Puasa

Allah secara khusus mengaitkan puasa kepada Diri-Nya, membedakannya dari ibadah lainnya. Ini menunjukkan status unik puasa karena melibatkan menahan diri dari keinginan yang halal murni untuk Allah, tidak seperti amal lain yang mungkin melibatkan tindakan yang terlihat.

Para ulama menjelaskan bahwa atribusi ilahi ini menandakan cinta khusus Allah untuk puasa dan tanggung jawab pribadi-Nya untuk memberinya pahala, tanpa menentukan ukuran pahala, menunjukkan sifatnya yang tak terbatas.

Bau Mulut Orang yang Berpuasa

Hadis menyebutkan bau tidak sedap dari mulut orang yang berpuasa karena lapar dan haus. Allah menyatakan bau ini lebih unggul daripada misk dalam penilaian-Nya, mengubah apa yang biasanya tidak disukai menjadi sesuatu yang dicintai.

Ini menunjukkan bagaimana Allah mengangkat status orang beriman yang berpuasa, mengubah ketidaknyamanan fisik menjadi pahala spiritual dan menunjukkan bahwa yang penting dalam ibadah adalah keikhlasan daripada penampilan luar.

Signifikansi Spiritual

Puasa adalah ibadah tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah, membuatnya kurang rentan terhadap pamer. Kemurnian niat inilah mengapa Allah mengklaimnya sebagai ibadah khusus-Nya sendiri.

Hadis menekankan bahwa esensi puasa terletak pada meninggalkan keinginan untuk kesenangan Allah semata, menjadikannya tindakan pengabdian yang komprehensif yang mencakup dimensi fisik, spiritual, dan niat dari ibadah.