حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ـ رضى الله عنه ـ قَالَ سُئِلَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم أَىُّ الأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ ‏"‏ إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ‏"‏‏.‏ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ ‏"‏ جِهَادٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ‏"‏‏.‏ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ ‏"‏ حَجٌّ مَبْرُورٌ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan Abu Huraira

Nabi (صلى الله عليه وسلم) ditanya, "Manakah perbuatan terbaik?" Dia berkata, "Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya." Dia kemudian ditanya, "Mana yang berikutnya (dalam kebaikan)?" Dia berkata, "Untuk berpartisipasi dalam Jihad dalam Perjuangan Allah." Dia kemudian ditanya, "Mana yang berikutnya?" Dia berkata, "Untuk menunaikan haji-Mabrur. "

Comment

Teks Hadis: Sahih al-Bukhari 1519

Nabi (ﷺ) ditanya, "Amal apa yang paling utama?" Beliau bersabda, "Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya." Kemudian beliau ditanya, "Lalu apa berikutnya (dalam kebaikan)?" Beliau bersabda, "Berjihad di jalan Allah." Kemudian beliau ditanya, "Lalu apa berikutnya?" Beliau bersabda, "Melaksanakan Haji Mabrur."

Hierarki Keunggulan

Hadis ini menetapkan hierarki spiritual yang jelas: 1) Iman (keyakinan) sebagai fondasi, 2) Jihad sebagai perwujudan praktis iman, dan 3) Haji Mabrur sebagai ibadah tertinggi yang menggabungkan pengabdian spiritual dan fisik.

Makna Haji Mabrur

Para ulama mendefinisikan Haji Mabrur sebagai haji yang diterima oleh Allah - dilaksanakan murni untuk-Nya, sesuai dengan Sunnah, bebas dari dosa dan pamer, dan diikuti dengan ketakwaan yang berkelanjutan.

Ibn Hajar al-Asqalani menyatakan: "Haji Mabrur adalah haji yang tidak dilakukan dosa di dalamnya, atau haji yang diterima, yang tandanya adalah seseorang kembali lebih baik dari sebelumnya dan tidak kembali kepada dosa."

Signifikansi Spiritual

Penempatan Haji setelah Jihad menunjukkan nilai spiritualnya yang besar. Sementara Jihad mungkin melibatkan pertempuran, Haji mewakili jihad yang lebih besar (al-jihad al-akbar) melawan ego diri melalui ketundukan total kepada perintah ilahi.

Al-Qurtubi berkomentar: "Haji Mabrur mencakup semua aspek ibadah - fisik, finansial, dan spiritual - menjadikannya tindakan pengabdian yang komprehensif yang menyucikan jiwa seperti tidak ada yang lain."

Syarat untuk Diterima

Para ulama menekankan bahwa agar Haji menjadi Mabrur, ia harus memenuhi tiga syarat: rezeki yang halal, pelaksanaan yang benar sesuai Sunnah, dan niat yang tulus semata-mata untuk ridha Allah tanpa mencari reputasi atau keuntungan duniawi.

Ibn Rajab al-Hanbali mencatat: "Haji Mabrur yang sejati mengubah jamaah haji, menjadikannya di antara tamu-tamu Allah yang doa-doa mereka dikabulkan dan dosa-dosa diampuni."