حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ـ رضى الله عنه ـ قَالَ سُئِلَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم أَىُّ الأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ ‏"‏ إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ‏"‏‏.‏ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ ‏"‏ جِهَادٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ‏"‏‏.‏ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ ‏"‏ حَجٌّ مَبْرُورٌ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan 'Aisha

(ibu dari orang-orang percaya yang setia) Aku berkata, "Wahai Rasulullah (صلى الله عليه وسلم)! Kami menganggap Jihad sebagai perbuatan terbaik." Nabi (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Jihad terbaik (untuk wanita) adalah Haji Mabrur."

Comment

Komentar Hadis

Narasi ini dari Sahih al-Bukhari (1520) berisi ajaran mendalam dari Nabi Muhammad (semoga damai menyertainya) mengenai hierarki spiritual perbuatan, khususnya menanggapi pertanyaan sahabat mulia 'A'isyah (semoga Allah meridainya).

Konteks dan Signifikansi

Ketika 'A'isyah menanyakan tentang perbuatan terbaik, dengan menganggap jihad sebagai yang tertinggi, Nabi mengarahkan pemahamannya dengan menyatakan Hajj Mabrur (haji yang diterima) sebagai jihad terbaik bagi wanita. Ini menunjukkan kebijaksanaan Nabi dalam menyesuaikan nasihat spiritual sesuai dengan keadaan dan kemampuan.

Para ulama menjelaskan bahwa meskipun jihad umumnya memiliki pahala yang besar, Nabi menetapkan bentuk khusus ini untuk wanita karena mereka umumnya dibebaskan dari jihad militer. Dengan demikian, dia mengarahkan mereka pada perbuatan yang sama-sama bermartabat dan dapat diakses oleh mereka.

Makna Hajj Mabrur

Ulama klasik mendefinisikan Hajj Mabrur sebagai haji yang dilakukan sepenuhnya sesuai dengan Sunnah, bebas dari dosa dan inovasi, dan disertai niat tulus murni untuk keridhaan Allah. Imam Ibn Hajar al-Asqalani menyatakan bahwa itu adalah haji yang bebas dari kekejian, ketidaksopanan, dan perdebatan, dan pahalanya tidak lain adalah Surga.

Istilah "Mabrur" sendiri berarti "diterima" - menunjukkan haji yang telah Allah berkahi dengan penerimaan ilahi dan transformasi spiritual dalam hati dan perilaku jamaah haji.

Dimensi Spiritual

Hadis ini mengangkat haji ke status pertempuran spiritual, di mana perjuangan melawan keinginan dasar, ego, dan gangguan daripada musuh fisik. Jamaah haji berjuang melawan kelelahan, ketidaknyamanan, dan kecenderungan pribadi sambil mempertahankan pengabdian, kesabaran, dan zikir kepada Allah.

Khusus bagi wanita, jihad ini melibatkan tantangan tambahan seperti perjalanan, perpisahan dari keluarga, dan mempertahankan kesopanan dan kesalehan dalam kondisi ramai - semua dilakukan semata-mata untuk keridhaan ilahi.