حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ـ رضى الله عنه ـ قَالَ سُئِلَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم أَىُّ الأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ ‏"‏ إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ‏"‏‏.‏ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ ‏"‏ جِهَادٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ‏"‏‏.‏ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ ‏"‏ حَجٌّ مَبْرُورٌ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan Abu Huraira

Rasulullah (saw) bersabda, "Barangsiapa menunaikan haji untuk keridhaan Allah dan tidak melakukan hubungan seksual dengan istrinya, dan tidak melakukan kejahatan atau dosa maka ia akan kembali (setelah haji bebas dari segala dosa) seolah-olah ia dilahirkan kembali."

Comment

Teks Hadis

Nabi (semoga damai menyertainya) bersabda, "Barangsiapa yang menunaikan Haji untuk keridhaan Allah dan tidak berhubungan suami istri, serta tidak berbuat kejahatan atau dosa, maka ia akan kembali (setelah Haji bebas dari segala dosa) seolah-olah ia dilahirkan kembali."

Referensi Hadis

Sahih al-Bukhari 1521 - Kitab Haji (Ibadah Haji)

Komentar tentang Syarat-Syarat

Hadis ini menetapkan tiga syarat penting untuk mencapai pengampunan sempurna melalui Haji: melakukannya semata-mata untuk keridhaan Allah (ikhlas), menahan diri dari hubungan suami istri selama ihram, dan menghindari segala perbuatan jahat dan dosa sepanjang ibadah haji.

Penjelasan Kelahiran Spiritual

Frasa "dilahirkan kembali" menandakan penghapusan total dosa-dosa sebelumnya, mirip dengan anak yang baru lahir yang bebas dari dosa. Ini menekankan potensi transformatif Haji ketika dilakukan dengan niat yang benar dan kepatuhan pada pedoman Islam.

Wawasan Ilmiah

Para ulama klasik mencatat bahwa pengampunan sempurna ini berlaku untuk dosa-dosa kecil, sementara dosa besar memerlukan pertobatan khusus. Hadis ini menyoroti Haji sebagai salah satu sarana terbesar dalam Islam untuk pemurnian spiritual ketika digabungkan dengan ketulusan ibadah dan perilaku moral.