وَقَالَ لِي أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، أَذِنَ عُمَرُ ـ رضى الله عنه ـ لأَزْوَاجِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فِي آخِرِ حَجَّةٍ حَجَّهَا، فَبَعَثَ مَعَهُنَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ وَعَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ عَوْفٍ‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan Aisha (ibu dari orang-orang percaya yang setia)

Aku berkata, "Wahai Rasulullah (صلى الله عليه وسلم)! Bukankah seharusnya kita berpartisipasi dalam pertempuran Suci dan Jihad bersamamu?" Dia menjawab, "Jihad yang terbaik dan paling unggul (bagi wanita) adalah haji yang diterima oleh Allah." 'Aisyah menambahkan: Sejak saya mendengar itu dari Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) saya telah bertekad untuk tidak melewatkan haji.

Comment

Hukuman Berburu saat Berhaji

Sahih al-Bukhari 1861

Penjelasan Hadis

Tradisi mulia ini dari Ibu Orang-Orang Beriman, 'Aisyah (semoga Allah meridainya), mengandung hikmah mendalam mengenai tingkatan spiritual ibadah. Nabi Muhammad (semoga damai besertanya) menerangkan hierarki perbuatan baik ketika ia menyatakan Haji sebagai jihad terbaik bagi wanita.

Istilah "jihad" di sini mencakup makna yang lebih luas dari berjuang di jalan Allah, tidak hanya terbatas pada pertempuran bersenjata. Bagi wanita, yang tanggung jawab utamanya sering berada dalam lingkup domestik, perjuangan spiritual komprehensif Haji - dengan kesulitan fisik, pengorbanan finansial, dan pengabdian total - mewakili puncak ibadah mereka.

Syarat "yang diterima oleh Allah" menunjukkan bahwa sekadar pelaksanaan ritual tidak cukup; Haji harus dilakukan dengan keikhlasan (ikhlas), mengikuti contoh Kenabian, dan dengan persediaan yang halal. Kualifikasi ini mengingatkan kita bahwa nilai perbuatan terletak pada penerimaannya oleh Yang Mahakuasa.

Implikasi Hukum dan Spiritual

Hadis ini menetapkan sifat wajib Haji bagi wanita yang memenuhi syarat, menunjukkan kesetaraannya dalam pahala spiritual dengan jihad bagi pria dalam keadaan tertentu. Tanggapan ini juga secara halus menunjukkan bahwa wanita tidak diwajibkan untuk berpartisipasi dalam jihad militer, karena perjuangan spiritual unggulan mereka berada di tempat lain.

Keputusan 'Aisyah berikutnya untuk tidak pernah melewatkan Haji menggambarkan bagaimana Para Sahabat segera bertindak berdasarkan bimbingan Kenabian. Ini mengajarkan kita pentingnya menerjemahkan pengetahuan menjadi praktik yang konsisten dan mempertahankan pelaksanaan ibadah unggulan sepanjang hidup seseorang.