حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، حَدَّثَنَا عَمْرٌو، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ـ رضى الله عنهما ـ ‏{‏وَمَا جَعَلْنَا الرُّؤْيَا الَّتِي أَرَيْنَاكَ إِلاَّ فِتْنَةً لِلنَّاسِ‏}‏ قَالَ هِيَ رُؤْيَا عَيْنٍ أُرِيهَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِهِ إِلَى بَيْتِ الْمَقْدِسِ‏.‏ قَالَ ‏{‏وَالشَّجَرَةَ الْمَلْعُونَةَ فِي الْقُرْآنِ‏}‏ قَالَ هِيَ شَجَرَةُ الزَّقُّومِ‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan oleh Ibnu `Abbas

(Mengenai ayat) “Dan Kami berikan penglihatan (naik ke langit “Miraj”) yang Kami tunjukkan kepadamu (wahai Muhammad sebagai saksi mata yang sebenarnya) tetapi sebagai ujian bagi manusia. '(17:60): Rasul Allah benar-benar melihat dengan matanya sendiri penglihatan (semua yang diperlihatkan kepadanya) pada malam perjalanan malamnya ke Yerusalem (dan kemudian ke langit). Pohon terkutuk yang disebutkan dalam Al-Qur'an adalah pohon Az-Zaqqum.

Comment

Kehendak Ilahi (Al-Qadar)

Sahih al-Bukhari 6613

Tafsir Ayat

Ayat "Dan Kami memberikan penglihatan yang Kami perlihatkan kepadamu sebagai ujian bagi manusia" (17:60) merujuk pada Perjalanan Malam yang ajaib (al-Isrā') dan Kenaikan (al-Miʿrāj) Nabi Muhammad ﷺ. Ini bukan sekadar pengalaman spiritual tetapi perjalanan fisik nyata di mana Nabi menyaksikan tanda-tanda Tuhannya dengan mata kepalanya sendiri, sebagaimana dikonfirmasi oleh riwayat otentik ini.

Sifat Penglihatan

Frasa "dengan mata kepalanya sendiri" menekankan realitas fisik penglihatan Nabi, membedakannya dari mimpi atau penglihatan spiritual. Peristiwa ajaib ini berfungsi sebagai kehormatan bagi Nabi dan ujian bagi umat manusia - orang beriman menerimanya sementara orang kafir menolaknya, sehingga memisahkan kebenaran dari kepalsuan.

Pohon Terkutuk Zaqqum

Riwayat ini menjelaskan bahwa pohon yang disebutkan dalam Al-Quran sebagai "pohon Zaqqum" (37:62, 44:43, 56:52) memang adalah pohon terkutuk yang tumbuh di kedalaman Neraka. Buahnya yang pahit berfungsi sebagai hukuman bagi pelaku kejahatan, dan penyebutannya di sini terhubung dengan apa yang disaksikan Nabi selama perjalanannya melalui langit.

Wawasan Ilmiah

Ulama klasik mencatat bahwa peristiwa ini menunjukkan kekuasaan mutlak Allah atas ciptaan dan berfungsi sebagai bukti kenabian. Ujian yang disebutkan dalam ayat itu terwujud dalam berbagai tanggapan orang - beberapa menguatkan iman sementara yang lain jatuh ke dalam kekafiran, sehingga memenuhi hikmah ilahi dalam menguji hati manusia melalui tanda-tanda ajaib.