Aku mendengar Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Demi Dia di tangan-Nya hidupku! Jika bukan karena beberapa orang yang tidak suka ditinggalkan dan untuk siapa saya tidak memiliki sarana pengangkutan, saya tidak akan menjauh (dari Pertempuran Suci apa pun). Saya ingin menjadi martir dalam Perjuangan Allah dan hidup kembali dan kemudian mendapatkan, mati syahid dan kemudian hidup dan kemudian menjadi martir dan kemudian dibangkitkan dan kemudian menjadi martir.
Eksposisi Hadis dari Sahih al-Bukhari 7226
Riwayat ini dari Kitab "Keinginan" oleh Imam al-Bukhari mengungkapkan kerinduan mendalam Nabi Muhammad (ﷺ) akan syahid di jalan Allah. Rasulullah memulai dengan sumpah khidmat "Demi Dia yang di Tangan-Nya nyawaku!" menekankan ketulusan dan kebenaran mutlak pernyataannya, menunjukkan keseriusan apa yang berikut.
Pertimbangan Nabi terhadap Sahabatnya
Frasa "Seandainya bukan karena beberapa orang yang tidak suka ditinggalkan" menggambarkan kepemimpinan Nabi yang penuh kasih. Ia menahan aspirasi spiritual pribadinya karena kepedulian terhadap sahabat yang lebih lemah yang ingin berpartisipasi dalam jihad tetapi tidak memiliki sarana. Ini mengajarkan kita bahwa kesejahteraan kolektif dan pertimbangan terhadap keadaan orang lain lebih diutamakan daripada ambisi spiritual individu.
"Bagi siapa aku tidak memiliki sarana transportasi" lebih menekankan kasih sayang praktis Nabi, menunjukkan bahwa ia tidak akan memulai ekspedisi militer meninggalkan orang-orang beriman yang tulus yang benar-benar ingin berpartisipasi tetapi secara fisik atau finansial tidak mampu.
Aspirasi Spiritual untuk Syahid
Pengulangan "Aku ingin syahid... dan hidup kembali lalu syahid" tiga kali mengungkapkan cinta yang intens dan mendalam untuk bertemu Allah melalui syahid. Ini bukan sekadar retorika tetapi mencerminkan tingkat keyakinan (yaqīn) dan cinta kepada Ilahi tertinggi. Para ulama menjelaskan pengulangan ini menunjukkan keinginan tertinggi untuk pelayanan terus-menerus kepada Allah, di mana setiap syahid akan diikuti oleh kesempatan lain untuk berkorban demi tujuan-Nya.
Urutan ini memuncak dengan "dan kemudian dibangkitkan lalu syahid," menunjukkan kerinduan ini melampaui kehidupan duniawi ke akhirat, menunjukkan kesiapan abadi Nabi untuk berkorban demi keridhaan Allah di berbagai keadaan eksistensi.
Implikasi Hukum dan Spiritual
Hadis ini menetapkan keutamaan tertinggi syahid dalam Islam dan pahala besar yang menanti syahid. Ini juga menunjukkan keseimbangan yang tepat dalam spiritualitas Islam - sementara bercita-cita untuk posisi tertinggi, seseorang harus tetap sadar akan tanggung jawab komunal dan kebutuhan praktis sesama orang beriman.
Riwayat ini berfungsi sebagai pengingat kuat bahwa tindakan yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan secara konsisten, dengan ketulusan, dan sambil mempertahankan tugas seseorang terhadap komunitas Muslim.