Abu Huraira berkata, Rasulullah (ﷺ) bersabda, "Demi Dia di tangan-Nya hidupku, aku ingin berjuang di Jalan Allah dan kemudian menjadi martir dan kemudian dibangkitkan (hidup) dan kemudian menjadi martir dan kemudian dibangkitkan (hidup) dan kemudian mati syahid, dan kemudian dibangkitkan (hidup) dan kemudian mati syahid dan kemudian dibangkitkan (hidup)." Abu Huraira biasa mengulangi kata-kata itu tiga kali dan saya bersaksi tentang hal itu dengan Sumpah Allah.
Eksposisi Hadis tentang Cinta pada Syahid
Narasi mendalam dari Sahih al-Bukhari (7227) ini mengungkapkan kerinduan intens Nabi Muhammad (ﷺ) untuk syahid di jalan Allah. Pengulangan syahid dan kebangkitan menunjukkan keutamaan tak tertandingi dari syahādah (syahid) dalam tradisi Islam.
Signifikansi Spiritual Pengulangan
Keinginan Nabi untuk mati sebagai syahid berkali-kali menunjukkan bahwa pahala spiritual untuk syahid begitu besar sehingga seseorang ingin mencapainya berulang kali. Ini mencerminkan tingkat cinta tertinggi kepada Allah dan kesediaan untuk mengorbankan segalanya demi keridhaan-Nya.
Pengulangan tiga kali oleh Abu Huraira menekankan keaslian dan pentingnya ajaran ini, berfungsi sebagai pengingat kuat bagi Muslim untuk menghargai jihad dan syahādah dalam konteks Islam yang tepat.
Komentar Ilmiah tentang Syahid
Ulama klasik menjelaskan bahwa hadis ini menggambarkan ekspresi iman tertinggi - di mana cinta orang beriman untuk bertemu Allah melalui syahid melampaui semua keterikatan duniawi. Sifat siklus kematian dan kebangkitan yang disebutkan menandakan pahala abadi yang menanti syahid di akhirat.
Narasi ini dari bab "Harapan" dalam Sahih al-Bukhari mengajarkan bahwa harapan tertinggi seorang mukmin sejati haruslah mati di jalan Allah, menunjukkan ketundukan dan kepercayaan penuh pada janji ilahi.