حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ أَبُو الرَّبِيعِ، قَالَ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، قَالَ حَدَّثَنَا نَافِعُ بْنُ مَالِكِ بْنِ أَبِي عَامِرٍ أَبُو سُهَيْلٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏"‏ آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan 'Abdullah bin 'Amr

Nabi (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Siapa pun yang memiliki empat (karakteristik) berikut akan menjadi orang munafik yang murni dan siapa yang memiliki salah satu dari empat karakteristik berikut akan memiliki satu karakteristik kemunafikan kecuali dan sampai dia menyerah.

1. Setiap kali dia dipercayakan, dia mengkhianati.

2. Setiap kali dia berbicara, dia berbohong.

3. Setiap kali dia membuat perjanjian, dia terbukti berkhianat.

4. Setiap kali dia bertengkar, dia berperilaku dengan cara yang sangat tidak bijaksana, jahat dan menghina."

Comment

Eksposisi Hadis

Hadis mulia ini dari Sahih al-Bukhari (34) dalam Kitab Iman membahas masalah serius kemunafikan (nifāq), yang terdiri dari dua jenis: kemunafikan besar yang mengeluarkan seseorang dari agama Islam, dan kemunafikan kecil yang merupakan karakteristik berdosa. Nabi (ﷺ) di sini menguraikan ciri-ciri yang terakhir.

Komentar Ilmiah tentang Empat Ciri

1. Pengkhianatan Kepercayaan (Khiyānat al-Amānah): Orang beriman adalah yang dapat dipercaya. Dipercayakan sesuatu—kekayaan, rahasia, atau tanggung jawab—dan kemudian mengkhianati kepercayaan itu adalah karakteristik yang bertolak belakang dengan kualitas iman (īmān). Ini menunjukkan kelemahan dalam komitmen agama seseorang.

2. Berbohong dalam Ucapan (al-Kadhib fī al-Hadīth): Lidah adalah amanah mendalam dari Allah. Orang beriman berbicara dengan jujur, karena kejujuran mengarah pada kebenaran dan kebenaran mengarah ke Surga. Namun, berbohong adalah tanda kemunafikan, karena keadaan batin munafik bertentangan dengan ucapan lahirnya.

3. Pengkhianatan dalam Perjanjian (al-Khadhīl fī al-Wa'd): Ketika seorang Muslim membuat janji atau perjanjian—baik dengan Allah atau dengan manusia—ia harus menepatinya. Melanggar perjanjian adalah ciri munafik, yang menunjukkan kesepakatan secara lahir sambil merencanakan pengkhianatan secara batin.

4. Ketidakwajaran dalam Perselisihan (al-Fujūr fī al-Khuṣūm): Saat bertengkar, orang beriman diperintahkan untuk adil dan takut kepada Allah, bahkan terhadap jiwanya sendiri. Namun, munafik meninggalkan semua batasan moral, menggunakan ucapan jahat, kebohongan, dan penghinaan, tanpa memperhatikan batasan yang ditetapkan oleh Hukum Suci.

Perbedaan Antara Kemunafikan Besar dan Kecil

Sangat penting untuk memahami bahwa memiliki salah satu ciri ini tidak menjadikan seseorang munafik kafir (munāfiq). Melainkan, itu berarti ia telah berbagi dalam karakteristik perilaku mereka. Ini adalah peringatan keras untuk memurnikan karakter seseorang. Frasa "kecuali dan sampai ia meninggalkannya" menunjukkan bahwa ini adalah dosa yang dapat diperbaiki melalui tobat tulus (tawbah) dan kembali ke jalan orang beriman.