Rasulullah (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Barangsiapa mendirikan shalat pada malam Qadr karena iman yang tulus dan berharap untuk mendapatkan pahala Allah (bukan untuk pamer) maka semua dosa masa lalunya akan diampuni."
Teks dan Konteks Hadis
"Barangsiapa menegakkan shalat pada malam Qadr dengan iman yang tulus dan mengharapkan pahala dari Allah (bukan untuk pamer) maka semua dosa-dosanya yang lalu akan diampuni."
Hadis mulia ini tercatat dalam Sahih al-Bukhari (Kitab: Iman, Hadis: 35) dan menyoroti keutamaan besar beribadah selama Laylat al-Qadr (Malam Takdir).
Komentar tentang Frasa Kunci
"Menegakkan shalat" - Ini mencakup semua tindakan ibadah yang dilakukan pada malam ini, termasuk shalat lima waktu, shalat sunnah (tahajjud), pembacaan Al-Qur'an, zikir kepada Allah, dan doa-doa.
"Dengan iman yang tulus" (Imanan) - Penyembah harus benar-benar percaya pada kebenaran janji ini dari Allah dan Rasul-Nya, bertindak berdasarkan keyakinan ini dengan kepastian.
"Mengharapkan pahala dari Allah" (Ihtisaban) - Seseorang harus mencari hanya keridhaan dan pahala Allah, bukan keuntungan duniawi atau pujian orang. Pemurnian niat ini penting untuk diterima.
Wawasan Ilmiah
Imam Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan dalam Fath al-Bari bahwa hadis ini menunjukkan rahmat Allah yang komprehensif, yang memberikan pengampunan lengkap untuk semua dosa sebelumnya melalui satu malam ibadah yang tulus.
Para ulama mencatat bahwa "semua dosa-dosanya yang lalu akan diampuni" mencakup dosa besar dan kecil, meskipun beberapa berpendapat bahwa dosa besar memerlukan tobat khusus. Konsensusnya adalah bahwa rahmat Allah mencakup semua dosa ketika syarat-syarat terpenuhi.
Penekanan pada niat yang tulus mencerminkan prinsip Islam fundamental bahwa perbuatan dinilai berdasarkan niat, dan tindakan ibadah lahiriah harus disertai dengan kemurnian hati yang batin.
Implikasi Praktis
Umat Muslim harus dengan gigih mencari Laylat al-Qadr selama sepuluh malam terakhir Ramadan, terutama malam-malam ganjil, meningkatkan ibadah dan pengabdian.
Hadis ini mendorong orang beriman untuk memiliki harapan pada rahmat Allah dan tidak putus asa dari pengampunan, betapapun besar dosa-dosa mereka sebelumnya.
Kombinasi iman, harapan, dan tindakan tulus menciptakan kondisi sempurna untuk transformasi spiritual dan penerimaan ilahi.