حَدَّثَنَا حَرَمِيُّ بْنُ حَفْصٍ، قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ، قَالَ حَدَّثَنَا عُمَارَةُ، قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَةَ بْنُ عَمْرِو بْنِ جَرِيرٍ، قَالَ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏"‏ انْتَدَبَ اللَّهُ لِمَنْ خَرَجَ فِي سَبِيلِهِ لاَ يُخْرِجُهُ إِلاَّ إِيمَانٌ بِي وَتَصْدِيقٌ بِرُسُلِي أَنْ أُرْجِعَهُ بِمَا نَالَ مِنْ أَجْرٍ أَوْ غَنِيمَةٍ، أَوْ أُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ، وَلَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي مَا قَعَدْتُ خَلْفَ سَرِيَّةٍ، وَلَوَدِدْتُ أَنِّي أُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ أُحْيَا، ثُمَّ أُقْتَلُ ثُمَّ أُحْيَا، ثُمَّ أُقْتَلُ ‏"‏‏.‏
Terjemahan
Diriwayatkan Abu Huraira

Nabi (صلى الله عليه وسلم) bersabda, "Orang yang berpartisipasi dalam (peperangan suci) dalam perjuangan Allah dan tidak ada yang memaksanya untuk melakukannya kecuali beriman kepada Allah dan para rasul-Nya, akan dibalas oleh Allah baik dengan pahala, atau rampasan (jika dia selamat) atau akan diterima di surga (jika dia terbunuh dalam pertempuran sebagai martir). Seandainya saya tidak merasa sulit bagi para pengikut saya, maka saya tidak akan tinggal di belakang sariya mana pun yang pergi untuk Jihad dan saya akan senang menjadi martir dalam perjuangan Allah dan kemudian dihidupkan, dan kemudian mati syahid dan kemudian dihidupkan, dan kemudian kembali menjadi martir dalam perjuangan-Nya."

Comment

Eksposisi Hadis

Tradisi mulia ini dari Sahih al-Bukhari (36) menerangkan kedudukan tertinggi jihad di jalan Allah dan cinta mendalam yang dimiliki Nabi (ﷺ) terhadap syahid. Bagian awal menetapkan bahwa keabsahan jihad seseorang bergantung pada kemurnian niat (ikhlas) - itu harus dilakukan semata-mata untuk keridhaan Allah dan meninggikan firman-Nya, bukan untuk keuntungan duniawi atau reputasi.

Tiga Pahala untuk Mujahid

Allah menjamin salah satu dari tiga pahala luar biasa untuk pejuang yang tulus: baik rampasan duniawi (ghanimah) saat kemenangan, pahala ilahi (ajr) untuk usahanya jika ia kembali dengan selamat, atau - hadiah tertinggi - masuk langsung ke Surga tanpa hisab jika syahid. Ini menunjukkan kemurahan hati Allah yang tak terbatas.

Kerinduan Nabi akan Syahid

Pernyataan Nabi, "Seandainya aku tidak merasa sulit bagi pengikutku..." mengungkapkan belas kasihannya yang besar. Ia menahan diri dari memimpin setiap ekspedisi secara pribadi agar tidak menjadi kewajiban yang tak tertahankan (haraj) atas Ummatnya. Keinginannya yang berulang untuk syahid, dibangkitkan, dan syahid lagi menunjukkan tingkat tertinggi cinta untuk bertemu Allah dan mengorbankan jiwa sendiri untuk tujuan-Nya.

Komentar Ulama

Imam Ibn Hajar al-Asqalani, dalam Fath al-Bari, menjelaskan bahwa hadis ini menekankan jihad sebagai puncak praktik Islam setelah rukun iman. Keinginan Nabi menyoroti bahwa kenikmatan syahid jauh melampaui semua keterikatan duniawi. Para ulama mencatat bahwa ini menetapkan keunggulan kerinduan akan syahid sambil mempercayakan waktunya pada kebijaksanaan Allah.